Rabu, 21 Agustus 2019

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR ANALISIS PROKSIMAT


LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR
ANALISIS PROKSIMAT

                        Nama                           :  Andrean Chandra Sianturi
NPM                           :  E1C017100
Kelompok                   :  4 (Empat)
                        Dosen Pengasuh          :Dr.Ir. Irma Badarina, M.P
                                                             Prof.Dr.Ir. Urip Santoso, M.Sc
                                                             Prof.Dr.Ir. Yosi Fenita, M.P
                                                             Suroto, S.Pt
                        Co. ass                         :  1) Era M Simanungkalit
                                                               2) Popi Purwanto
                                                               3) Siti Nurul Akbari


LABORATORIUM NUTRISI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
ABSTRAK
            Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.Dalam praktikum nutrisi ternak dasar kami mengamati penetapan kadar air,abu,lemak kasar ,protein kasar; serat kasar ,dan penetapan bahan ekstrak tanpa nitrogen(BETN).Dari hasil pengamatan selama 4 hari tersebut didapatkan hasil pada pengamatan cawan 1 kadar air nya  8,65 % ,dan pada  cawan kedua 7,86 %, pada pengamatan cawan 1 kadar abu nya 10,5 % sedangkan pada cawan 2 kadar abunya 10,4  %, pada pengamatan penetapan kadar lemak kasar 27,32% sedangkan pada cawan 2 nya 16,5%, pada kadar protein kasar yaitu adalah 9,873% ,penetapan kadar serat kasar pada cawan 1 adalah 17,8% dan pada cawan 2 adalah 18,6% , penetapan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) pada sampel daun senduduk adalah 25,877%.
Kata kunci : marigold,kadar air, kadar abu, kadar ekstrak heksan (lemak kasar), protein kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Penetapan kadar Air
1.1.1.      latar Belakang
            Air sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari hari karena hampir semua mahluk hidup membutuhkan air.Air sangat berperan penting dalam  kehidupan karena air dapat mempermudah pekerjaan organ organ tubuh.Hampir setiap pakan ternak mengandung air namun mempunyai perbedaan tiap tiap pakan.Air berpengaruh pada daya serap tubuh pada pakan tersebut dan juga daya simpan pakan tersebut.
            Kadar air pada bahan pangan sangat berpengaruh pada kulitas dan daya simpan pakan tersebut sehingga perlu di lakukan penentuan kadar air pada pakan ,supaya dapatdiberikan pada ternak dengan tepat juga dalam waktu yang tepat.Pakan yang mempunyai kadar air yang di butuhkan ternak.Namun jika kadar air pada pakan tinggi daya tahan simpan ya rendah.
            Pada umumnya, penetapan kadar air dilakukan dengan cara mengeringkan sampel didalam oven pada suhu 105° C selama 1 jam atau hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan atau persentasi air pada suatu bahan.
Dari penjelasan di atas lah yang mendorong saya untuk melakukan praktikum penetapan kadar air,supaya saya mengetahui cara menetapkan kadar air dan juga mengetahui kadar pada sampel yang kami praktikumkan.
1.1.2.      Tujuan
            Mengetahui dan mampu menetapkan kadar air pada sampeldaunsenduduk.


1.2  Penetapan kadar abu
1.2.1 Latar Belakang
            Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut.Abu adalah bahan kimia anorganik yang yang tertinggal setelah penasan dengan suhu tinggi di dalam tanur.Bahan anorganik yang sudah di panaskan dengan suhu tinggi dan berwarna abu abu di sebut denganabu.
            Penetapan kadar abu di dapatkan dari sampel yang ada di dalam cawan dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 550°C yang akan menjadi abu berwarna putih zat-zat organic yan teroksidasi menjadi CO2,H2O, da juga gas-gas lainnya. Abu yaitu zat anorganik yang tetinggal di dalam pemanasan dengan tanur.
            Dari penjelasan di atas lah yang mendorong kami untuk melakukan praktikum  supaya kami mengetahui langkah langkah dalam menentukan kadar abu pada sampel.
1.2.2        Tujuan
            Mengetahui dan mampu menentukan kadar abu pada sampel daunsenduduk.
1.3Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar )
1.3.1  Latar Belakang
            Lemak adalah zat yang tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam khloroform, eter dan benzena. Lemak berfungsi sebagai pemasok energi bagi tubuh . Untuk itu di dalam menyusun pakan ternak kandungan lemak didalamnya juga perlu diperhatikan karena kandungan lemak yang terlalu tinggi/rendah dalam pakan dapat mempengaruhi kondisi ternak, status faali, status fisiologis dan produksi .
            Pengamatan penetapan kadar lemak kasar ini menggunkakan metode ekstraksi. Untuk menentukan lemak dari bahan kering, bahan dibungkus lalu dikeringkan dalam ovenpada suhu 105° C selama 6 jam untuk menghilangkan airnya.Lemak dapat diekstraksi dengan eter lalu kemudian eter diuapkan lalu berat lemak dapat diketahui.
            Dengan mengetahui kandungan ternak dalam bahan pakan maka kita dapat menghitung sesuai dengan kebutuhan yang ternak butuhkan.Dan hal itulah yang mendorong kami untuk melakukan praktikum penetapan kadar lemak kasar supaya kami mengetahui langkah langkah untuk menetapkan lemak kasar pada bahan pakan yang ingin kami gunakan.
1.3.2 Tujuan
            Mengetahui cara menentukan kadar lemak pada sampel daunsenduduk.
1.4  Penetapan Protein Kasar
      1.4.1 Latar Belakang
            Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yangdigunakan.
            Metode Kjeldahl, metode yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu destruksi, distilasi dan titrasi. Metode ini digunakan secara luas dalam penetapan protein kasar dalam makanan karena reagen yang digunakan  mudah didapatkan.
Metode kjeldahl digunakan secara tidak langsung pada penetapan kadar protein kasar, karena yang dianalisis dengan metode kjeldahl adalah kadar nitrogennya. Unsur nitrogen yaitu unsur utama protein karena terdapat didalam semua protein namun tidak terdapat didalam karbohidrat dan lemak.  
Dari penjelasan di atas lah yang mendorong kami untuk melakukan praktikum  penetapan protein  kasar.Supaya kami mengetahui kandungan protein yang terkandung dalam sampel yag kami amati.
  1.4.2   Tujuan
Mengetahui  dan mampu menentukan kadar  protein kasar sampeldaunsenduduk.
1.5  Penetapan Serat kasar
1.5.1  Latar Belakang
Serat kasar termasuk bagian dari bahan pakan yang tidak dapat terhidrolisis oleh bahan-bahan kimia. Untuk penetapan kadar serat kasar menggunakan asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25%).
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat. Pengukuran serat kasar dapat dilakukan dengan membebaskan air dan lemak. Dengan cara merebusnya dengan asam lemah lalu kemudian dengan basa lemah.dan kemudian disaring denga gooch crucible yang telah dilapisi glasswool. Berat yang hilang setelah dipijarkan itulah yang disebut serat kasar.
Dari penjelasan di atas lah yang mendorong kami untuk melakukan praktikum penetapan kadar protein kasar.Supaya kami mengethui cara menentukan kadar protin dalam suatu sampel dan mengetahui kandugan protein sampel.
1.5.2.Tujuan
            Mengetahuidan mampu menetapkan kadar serat kasar pada sampel  daunsenduduk.


1.6  Penetapan Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
1.6.1  Latar Belakang
            Bahan nitrogen tanpa nitrogen merupakan bagian fraksi bahan pakan seperti air ,protein kasar,serat kasar, dan ekstrak eter.penentuan bisa di lakukan jika sudah di ketahui kadar air,abu,protin kasar ,serat kasar dan lemak kasar karena BETN di tentukan dengan mengurangkan bahan bahan tersebut.
            Keuntungan dari penentuan BETN yaitu tidak perlu lagi melakukan analisis dan bahkan proses penetuannya mudah. Sedangkan kerugian dari penentuan BETN yaitu apabila  salah satu dari nilai yang  didapat minus maka hasil yang akan ditentukan gagal. Dan Fatalnya lagi harus melakukan pengulangan pada tahap penganalisisan tersebut.
Dari penjelasan di atas lah yang mendorong kami untuk melakukan perhitungna untuk mencari nilai BETN.
1.6.2Tujuan
       Mampu menghitung BETN setelah di lakukan praktikum dan mengetahui BETN pada daunsenduduk.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penetapan kadar air
Padaumumnyapenentuankadar air dilakukandenganmengeringkanbahandalam oven padasuhu 105 °C selama 8 jam atausampaididapatberat yang konstan.(Winarno, 2004).
Air yang terkandungdalamsuatubahanpakanakanmenguapseluruhnyaapabilabahanpakantersebutdipanaskanselamabeberapawaktupadasuhu   105 sampai 110°C dengantekananudarabebas (Eszra.Y.2004)
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat (Hafez, 2000).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. (Haryanto, 2002)
            Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno 2004).


2.2 Penetapan kadar Abu
Penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu (Syarif, 2000)
zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu. (Halim, 2006)
Abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). (Cherney, 2000)
 Pemanasan di dalam tanur  adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) (Karra,2007).
 Suatu bahan pakan bila dibakar pada suhu 550 sampai 600oC selama beberapa waktu maka semua zat organiknya akan terbakar sempurna menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2, H2O, dan gas-gas lain, sedang yang tertinggal tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu (Kamal, 2004).
2.3 Penetapan kadar Eter( Lemak kasar )
            Lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut air tetapi larut dalam eter, kloroform, dan benzena. Ditinjau dari sudut jumlahnya maka lemak merupakan bagian yang penting dari golongan zat dalam tubuh hewan dan pakan, dimana lemak mengandung hydrogen dan karbon serta oksigen juga asam stearat (C57H110O6). Lemak kasar merupakan campuran beberapa senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organic, pigmen sterol, vitamin ADEK) yang larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum ether, pethroleum bensin dan lainnya) (Raharjo, 2002).
Kandungan dari lemak kasar yaitu lemak dan pigmen. . Zat-zat nutrien yang bersifat larut dalam lemak yang diduga terhitung sebagai lemak kasar seperti vitamin A, D, E dan K.  (Poetra, 2005).
            Bahan pakan yang manis memiliki kadar fruktosa yang tinggi dan baik untuk di jadikan sumber energi ternak seperti halnya pada ampas kelapa yang memilik rasa manis, ampas kelapa memiliki protein kasar 17,09%, lemak kasar 9,44%, dan kadar abu 5,92% (Santoso, 2006).
Kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten. (Yunus, 2008).
            Sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. (Buckle ,2005).
2.4 Penetapan kadar Serat kasar
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar  dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol. Pengukuran serat kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan semua  bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat (Hunter, 2002).
Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar (Ridwan, 2002)
Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell (Mulyono, 2000)
Serat juga merupakan suatu indikasi untuk menentukan nilai gizi dari suatu bahan pangan. kadar lemak pada analisis proksimat ditentukan dengan jalan mengekstraksi bahan pakan dengan pelarut dietyl ether (Jarwindo, 2008)
Pengukuran Serat Kasar dilakukan dengan menggunakan alat labu erlenmeyer, cawan porselin, corong tegak, desikator, oven, tanur, tang penjepit, timbangan analitik dan kompor listrik, dengan proses penimbangan sempel sebanyak 1 gr, masukkan dalam erlenmeyer tambahkan H2SO4 didihkan selama beberapa menit, beri larutan NaOH  didihkan kembali, kertas whatman yang sudah dioven ditimbang, dan digunakan untuk menyaring sampel dengan larutan H2SO4 pekat, aceton dan air panas, lakukan proses pentanuran dan pendinginan dengan desikator lau timbang (Anggorodi, 2008).
2.5 Penetapan kadar protein kasar
Protein kasar (crude protein) adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang didapat dengan mengalikan kandungan menggunakan metode kjeldahl.(Soejono, 2009).
kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl (jeanist, 2012).
Protein merupakan komponen penting yang terdapat dalam pakan dari penelitian bahwa protein sangat berkualitas tinggi.(Piliang, 2009).
kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl (jeanist, 2012).
           Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).                                                                                                               
2.6 Penetapan Bahan Ekstarak Tanpa Nitrogen (BETN)
            Bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein. (Susi,2001).
Keuntungan dari penentuan BETN yaitu tidak perlu lagi melakukan analisis dan bahkan proses penetuannya mudah. Sedangkan kerugian dari penentuan BETN yaitu apabila  salah satu dari nilai yang  didapat minus maka hasil yang akan ditentukan gagal. Dan Fatalnya lagi harus melakukan pengulangan pada tahap penganalisisan tersebut. (arra, 2007)
BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 2005)
           Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.  Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 2000).
           BETN berisi zat-zat mono, tri, di dan polisakarida terutama pati dan kesemuanya larut dalam asam dan basa dalam analisis serat kasar dan mempunyai daya cerna tinggi.  Pada serat kasar misalnya kandungan BETN dihitung dari total energi (Akoso, B.T, 2006).











BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1Penetapan Kadar Air
3.1.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat                        : Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu                         :15 Oktober  2018 sampai 18 Oktober 2018
Jam                              :08.00-16.00
3.1.2 Alat dan Bahan
·         Cawan
·         Oven
·         Timbagan analitik listrik
·         Desikator
·         Tang penjepit
·         Spatula
·         Daunsenduduk
3.1.3 Prosedur Percobaan
1.      Mengeringkan  cawan yang sudah bersih di dalam oven pengering pada suhu 105 °C selama 1 jam.
2.      Mendinginkan di dalam  selama 1 jam.
3.      Menimbang dalam keaadaan tertutup(X gram).
4.      Menimbang contoh bahan (saampel) sebanyak 1 gr dalam cawan (Y gram) dan di keringkan dalam oven pengering pada suhu 105 °C selama 8 jam.
5.      Mendinginkanya dalam desikator selama 1 jam.Menimbang sampel setelah di di dinginkan(Z gram).
6.      Memasukkan kedalam oven pada 105°C selama 1 jam setelah di ditimbang dan kemudian mendinginkan kembali dalam desikator selama 1 jam .Kemudian menimbang kembali sampel ( Z gram ) mengulangi cara kerja ke 6 sampai 2 kali.
3.2 Petetapan Kadar Abu
3.2. 1 Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat                        : Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu                         : 15 Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam                              :08.00-16.00
3.2.2 Alat dan Bahan
·         Silica disk
·         Tanur
·         Taimbangan analilitik listrik
·         Desikator
·         Tang penjepit
·         Spatula
·         Daunsenduduk
3.2.3 Prosedur Percobaan
1.      Mengeringkan silica disk di dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam.
2.      Kemudian mendinginkan di dalam desikator selama 1 jam.Selanjutnya menimbang(X gram ).
3.      Menimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 1,5 -2 gram (Y gram ) dan memasukkan ke dalam tanur.Menyalukan tanur sampai 550°C ( seperti yang di programkan) selama 1 jam.
4.      Mendinginkan tanur ,sehingga suhunya turun menjadi 105 °C,lalu di masukkan dalam desikator selama 1 jam.
5.      Sesudah dingin kemudian menimbang (Z gram ).

3.3 Penetapan Kadar Ekstrak Eter
3.3.1 Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat                        : Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu                         : 15Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam                              :08.00-16.00
3.3.2 Alat dan Bahan
·         Soklet sistim HT 2 Ekstraction Unit tecator dan Selongsongnya
·         Labu penampung
·         Alat pendingin
·         Penangas /waterbath
·         Timbagan analitik
·         Spatula
·         Gelas arloji
·         Kertas saring bebas lemak
·         Oven
·         Daunsenduduk
3.3.3. prosedur percobaan
1.      Menimbang kertas saring bebas lemak (a gram).Kemudian menambahkan sampel yang akan di analisa kira kira 1000 gram (b gram)dan kemudian membungkus dengan baik sehingga tidak ada ceceran sampel( seperti membungkus obat).
2.      Memasukkan ke dalam oven bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105°C,selama 1 jam.
3.      Setelah di oven,kemudian menimbang ( dalam keaadan panas )dengan cepat ( c gram),kemudian memasukkan dengan soklet.
4.      Memasang labu penampung ,alat ekstraksi dan alat pendingin dan meletakkan di atas penangas air .Kemudian memasukkan perroleum benzen (pelarut lemak) melalui lubang pendingin sampai petroleum benzen seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu penampung .Kemudiaan di mengisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.
3.4 Penetapan kadar protein kasar
3.4.1 Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat                        : Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu                         : 15Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam                              :08.00-16.00
3.4.2 Alat dan Bahan
·         Labu kejdahl 650 ml
·         Labu erlemenyer 300 ml
·         Buret
·         Pipet volume 25/50 ml
·         Labu erlememyer 650 ml
·         Gelas ukur 100 ml
·         Corong
·         Alat destruksi dan destilasi
·         Kjel tab
·         HCL 0,1N
·         H3BO4  O,1 N
·         Indikator mix
·         Kjel Tab
·         Daunsenduduk
·         H2SO4





3.4.3 Prosedur percobaan
            A.Destruksi
1.      Menambah sampel bahan pakan 1-2 gram ke dalam labu kejdahl
2.      Menambahkan 1 gram campuran selenium mixer
3.      Menambahkan 13 ml H2SO4 pekat
4.      Meletakkan duatas pemanas destruksi
5.      Memanaskan pada suhu 350 ℃  +- 1 jam sampai larutan jernih (pada saat destruksi hidupkan kipas angin)
6.      Mengangkat dan mendingimkan
B.Destilasi
1.      Memindahkan larutan ke dalam labu destruksi dengan menyusunkan 65 ml aquadest
2.      Menyiapkan larutan penampung di ikat dengan 10 ml H3BO4 1% yang sudah di beri 3 tetes indikator campuran
3.      Memasukkan 35 ml NaOH 40 %  ke dalam campuran sampel (tutup dengan cepat ) ± 3 butir batu didih
4.      Memanaskan alat pendingin.Mengalirkan di pendingin
5.      Menghidupkan kompor pemanas
6.      Membiaskan destilaasi sampai volume larutan penampung
7.      Mematikan alat pemanas.Mengngkat larutan penampung
C.Titrasi
1.      Mentitrasi larutan dengan menyusun H2SO4 0.1 N.Melihat perubahan warna dari kedjal ke merah muda sekali dan mencatat pemakaian titrasi H2SO4
2.      Membuat larutan Blanko sebagai pembanding






3.5 Penetapan Serat Kasar
3.5.1 Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat                        : Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu                         : 15 Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam                              :08.00-16.00
3.5.2 Alat dan Bahan
Alat
·         Beaker glass 600 ml
·         Saringan dari limen
·         Serat gelas (glass wool)
·         Alat penyaring buchner atau Gooch crucible
·         Desikator
·         Tanur
·         Pompa vacum
·         Tang penjepit
·         Timbangan analitik listrik
·         Gelas ukur 100 ml
·         Corong gelas diameter 10 cm
Bahan
·         H2SO4  1,25%
·         NaOH 1,25%
·         Aquadest
·         Aceton
·         Etyl alkohol 95 %
·         Daunsenduduk

3.5.3 Prosedur Praktikum
1.      Memasukkan sampel dari penetapan  kadar lemak ke dalam beaker gelas 600 ml menambah 200 ml H2SO4 1,25 % dan memasang pada pemanas dan pendingin di alirkan,kemudian mendidihkan selama 30 menit.
2.      Menyaring menggunakan saringan linnen dan memasukkan hasil saringan ke dalam beker gelas dengan mencuci saringan linnen.
3.      Mencuci beaker glass ,hasil saringan beserta serat kasarbila di gunakan memasukkanya ke dalam beaker glass dan menambahkan NaOH 1,25 % sebanyak 210 ml dan mendidihkan selama 30 menit.
4.      Menyaring menggunakan Gooch crucible yang sudah di lapisi glasswool.Selanjutnya mencucinya dengan beberapa ml air panas dan boleh melanjutkan dengan 15 ml etyl alkohol 95 %.
5.      Hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible  menganginkanya sampai kering kemudian memasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 ℃ selama 1 malam ,setelah itu mendinginkanya selama 1 jam .Menimbangnya setelah dingin ( Y gram ).
6.      Kemudian mengabukannya di dalam tanur dengan suhu 550 °C selama 1 jam atau sampel berwarna putih (bebas karbon).
7.      Mengeluarkan dan membiarkan beberapa menit sampai suhunya turun menjadi 105 °C ,kemudian mendinginkan ke dalam desikator selama 1 jam kemudian menimbang setelah dingin ( Z gram ).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1   Penetapan kadar air
4.1.1        Hasil Pengamatan
Nama sampel (KODE)
Daun senduduk
Daun senduduk
Pengamatan /ulangan ke
I
II
Berat cawan timbang kosong kering(Xg)
30,8311 gr
28,9327 gr
Berat cawan timbang + sampel (Yg)
32,0377 gr
30,9443 gr
Berat cawan +sampelkering (Zg)
31,864 gr
30,786 gr
Kadar air (%)
8,65 %
7,86 %
kadar air =
x 100 %
= 8,65 %
Sampel 2
=
=
=
=7,86 %
4.1.2        Pembahasan
            MenurutHaryanto, 2002kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.
            Dalam praktikum kami kali ini kami mengamati penetapan kadar air pada sampel daunsenduduk.Pada prinsipnya air akan menguap oleh panas pada suhu,dan bahan yang tertinggal di sebut bahan kering.Menurut Eazra 2004  air yang terkandung dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya apabila bahan pakan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu pada suhu 105 sampai dengan 110°C.Dan dalam pengamatan kami juga demikian kami memanaskan bubukdaunsenduduk dengan suhu 105 ºCsemua air yang ada di sampel telah menguap.Setelah kami panaskan kami menimbang sampel kembali dan mendapat kan hasil  pada sampel pertama 31,864 gr dan 30,786 grpada sampel kedua yang  sebelum di panaskan beratnyaadalah32,0377 gr pada sampel pertama dan30,9443 gr pada sampel ke dua.Sehingga di dapatkan  kadar airdaunsenduduk adalah8,65 % pada sampel 1dan sampel 7,86 % .
            Menurut Eszra 2004 air yang ada dalam pakan akan menguap pada suhu 105 ºC samapi 110 ºChal itu sesuai dengan yang kami amati karena pada praktikum kami air menguap setelah kami memasukkan ke pemanas dengan 105 ºC.







4.2Penetapan kadar abu
     4.2.1   Hasil
Nama sampel (KODE)
Daun senduduk
Daun senduduk
Pengamatan /ulangan ke
I
II
Berat cawan kosong kering (X g)
18,7972 gr
17,8280 gr
Berat cawan + sampel (Y g)
20,8048 gr
19,8363 gr
Berat cawan +sampel abu (Zg)
19,010 gr
18,038 gr
Kadar abu
10,5 %
10,4 %

Kadar abu % sampel 1 =
=
= 10,5 %
Sampel 2
Kadar abu =
= 10,4 %
    4.2.2 Pembahasan
          MenurutSyarif, 2000penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu.
            Dalam praktikumpenetapan kadar abu kami kali ini kami mengamati sampel daunsenduduk yang terlebih dahulu kami timbang  sampel dan cawan seberat 20,8048 gr pada sampel 1 dan pada sampel ke dua seberat 19,8363 gr kemudian kami memasukkan ke dalam tanur dan di panaskan selama 1 jam dengan suhu 550 ºC.
            Setelah suhunya turun menjadi 105 ºC kmi mengeluarkan sampel dan memasukkan ke dalam desikator selama 1 jam .Setelah dingin kami menimbang kembali dengan hasil 19,010 gr pada sampel 1 dan pada sampel kedua 18,038 gr, dari hasilpenimbangankadarabudidapatkankadarabu 10,5 % padasampel 1 dan10,4 padasampel 2.Menurutkamal 1994 yang menyatakan daunsenduduk akan berubah menjadi abu jika di masukkan kedalam tanur dengan suhu 550 ºC selama beberapa waktu .Menurut literatur tersebet itu terjadi karena pada suhu 550 ºC zat organiknya akan terbakar sehingga terjadi lah abu.
4.3  Penetapa kadar ekstrak eter (lemak kasar)
        4.3.1   Hasil
Nama sampel(KODE)
Daun senduduk
Daun senduduk
Pengamatan /ulangan ke
I
II
Berat kertas saring (a gram)
0,3450 gr
0,3504 gr
Berat kertas saring + sampel (b gram)
1,4516 gr
1,4408 gr
Berat kertas saring+sampel oven(c gram)
1,587 gr
1,452 gr
Berta kertas saring+sampel oven ekstraksi (d gram)
1,287 gr
1,292 gr
Kadar lemak(EE)(%)
27,32 %
16,5 %

Kadar lemak =
=
=
= 27,32 %
Kadar  lemak (II)=
=
= 16,5 %
                4.3.2   Pembahasan
            Menurut Raharjo 2002,lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter.Dalam praktikum kami,kami juga menggunakan N-heksan  yang di ekstrasi selama 16 jam.Dari sumber yang raharjo sesuai dengan yang kami amati.
            Pada sampel yang kami amati yaitu daunsenduduk kami mendapat hasil setelah melakukan prosedur kerja yaitu kadarlemak 27,32 %pada sampel 1dan pada sampel 2 yaitu  16,5%% .





4.4  Penetapan protein kasar
4.4.1 Hasil Pengamatan
Nama sampel  (KODE)
Daun senduduk
Daun senduduk
Pengamatan/Ulangan
I
II
Volume (ml)titrasi untuk sampel(X)
6,1 ml
-
Volume (ml)  titrasi untuk blanco (Y)
1 ml
-
Berat sampel (Z gr )
0,532
-
Kadar protein kasar (pk%)
9,873 %
-

N% =
=
=
=
= 1,5798

%PK=%N x f
=1,5798 X 6,25
= 9,873%

4.4.2 Pembahasan
            MenurutSoejono, 2009Protein kasar (crude protein) adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang didapat dengan mengalikan kandungan menggunakan metode kjeldahl.
            Dalam praktikum kami kali ini kami melakukan pengamatan pada penetapan proteinkasar pada daunsenduduk dalam pengamatan  tersebut kami melakukan 3 tahap iyaitu titrasi pada saat titrasi hasil yang kami proleh adalah  6,1 ml yang sebelumnya telah di lakukan tahap destruksi dan destilasidanberatsampelpadapengukuran protein kasariniadalah 0,532 gr.Dan setelah prosedur kerja selasai di lakukan di dapat kan hasil yaitu 9,873 %  % protein kasar pada daunsenduduk.    
           Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umumnya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25. Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).

4.5  Penetapan serat kasar
4.5.1 Hasil Pengamatan
Nama sampel (KODE)
Daun senduduk
Daun senduduk
Pengamatan /ulangan ke
I
II
Berat sampel (Y gr)
2,001 gr
2,022 gr
Berat penyaring +residu kering (Ygr)
25,094 gr
24,908 gr
Berat penyaring +abu  (Z gr)
24,737 gr
24,530 gr
Kadar serat kasar(SK)(%)
17,8 %
18,6 %

Kadar serat kasar (1) =
=
= 17,8  %
Kadar serat kasar (2)  =
=
= 18,6 %
4.5.2 Pembahasan
Menurut Hunter, 2002 Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar  dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol. Pengukuran serat kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan semua  bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat (Hunter, 2002).
Padapraktikum kali ini kami akanmelakukanpengukurankadarseratkasarpadadaunsenduduk. Setelahmelakukansetiaplangkah-langkahpadametodekerja kami mendapatkankadarseratkasarpadadaunsendudukyaitu 17,8% padasampel 1 dan 18,6% padasampel 2.
Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar (Ridwan, 2002).
Menurut Anggorodi, 2008pengukuran Serat Kasar dilakukan dengan menggunakan alat labu erlenmeyer, cawan porselin, corong tegak, desikator, oven, tanur, tang penjepit, timbangan analitik dan kompor listrik, dengan proses penimbangan sempel sebanyak 1 gr, masukkan dalam erlenmeyer tambahkan H2SO4 didihkan selama beberapa menit, beri larutan NaOH  didihkan kembali, kertas whatman yang sudah dioven ditimbang, dan digunakan untuk menyaring sampel dengan larutan H2SO4 pekat, aceton dan air panas, lakukan proses pentanuran dan pendinginan dengan desikator lau timbang.

4.6  Penetapan Bahan ekstrak tanpa nitrogen
4.6.1   Hasil
Nama sampel (KODE)
Daun senduduk
Daun senduduk
Pengamatan/ulangan
I
II
Kadar air(%)
8,65 %
7,86 %
Kadar abu(%)
10,5 %
10,4 %
Kadar ekstrak eter(%)
27,3 %
16,5 %
Kadar serat kasar(%)
17,8 %
18,6 %
Kadar protein kasa r(%)
9,873 %
-
Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen(%)
25,877 %
-


Kadar BETN =100 %-(% AIR +% ABU +%PK +% SK+EE)
      =100%-(8,65% +10,5% +9,873% +17,8% +27,3%)
=100% - (74,123%)
                  =25,877 %
          4.6.2   Pembahasan
            MenurutSoejono, 2000 Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.  Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Rumusnya :
                        Kadar BETN  =   100% - (%air +%abu +% PK +%SK +EE)
            Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan kadar BETN padasampeldaunsenduduk kami mendapatkankadar BETN nyaadalah 25,877% padapengulangankedua, sedangkanpadapengulangankeduakadar BETN tidakdidapatkarnapadakadar protein kasartidakdilakukanpengulangankedua.




BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Setelah melakukan praktikum maka dapat di simpulkan bahwa :
1.      Kadar air pada daunsenduduk pada ulangan pertama 8,65% dan pada ulangan ke dua 7,86%.
2.      Kadar abu pada daunsenduduk pada ulangan pertama 10,5% dan ulangan ke dua 10,4%.
3.      Kadar ekstrak eter (lemak) kasar padadaunsenduduk adalah ulangan pertama 027,32% dan ulangan ke dua 16,5 %.
4.      Kadar serat kasarpada daunsenduduk adalah 17,8 % dan pada ulangan ke dua 18,6 %.
5.      Kadar proteinkasar pada daunsenduduk adalah 9,873 %.
6.      Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen  pada daunsendudukadalah 25,877 %.
5.2   Saran
            Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya praktikan lebih aktifdanmenaatisetiapintruksidaridosendan co ass, sepertidatingtepatwaktu, memakaijas lab danmenjagakebersihanlaboratorium.




DAFTAR PUSTAKA

Akoso, BT, 2006. Kesehatan Sapi, Panduan bagi Petugas Teknis, Mahasiswa, Penyuluh Dan Peternak. Kasinus. Yogyakarta.
Anggorodi. 2005Ilmu Bahan Pakan Ternak Umum. Gramedia Pustaka     Utama. Jakarta.
Anggorodi.2006. Penyusun Kadar Ransum. Semarang : UNY.
Arra.2007.Kandungan Serat Kasar. Jakarta :Tiga Serangkai.
Astuti .2011.Biokimia umum.Bogor.departemen perindustrian dan perangan.
Buckle. 2005. Analisis kandungan pakan.Bogor .Institut Pertanian Bogor.Cherney. 2000. Biokimia Umum . Bogor : IPB.
Eszra.Y. 2004.  Analisa Makanan.Erlangga. Jakarta.
Hafez.2000. Metode Analisis Proksimat.  Jakarta  :  Erlangga.
Halim.2006.Kualitas Pakan Ternak.Bandung : ITB.
Haryanto.2002. Analisis Kadar Air. Jakarta : Erlangga
Hunter.2002. Analisis Peroksimat Pakan Ternak. Semarang : Erlangga
Jeanist. 2012. analitik pangan. Yogyakarta:.Liberty.
Jarwindo. 2008 . Kandungan Kadar Air dalam suatu bahan makanan. PT Gramedia : Jakarta
Kamal, M. 2004.Nutrisi Ternak I. Yogyakarta. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Karra , 2007Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta. . Gajah Mada University.Mulyono.2000. Analisis Kadar Serat Kasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
NRC,2001. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta..
Poetra.2005. Kandungan Lemak Kasar. Bandung : ITB.
Piliang.2009. Fisiologi Nutrisi: Edisi Kedua. Jakarta: UI-Press.
Ridwan. 2002. Serat Kasar. Bogor: IPB.
Rahajo.2002.Analisis dengan Bahan  Kimia .  Erlangga. Jakarta.
Santoso, 2006.Limbah Bahan Ransum Unggas Yang Rasional. Malang.      Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Press.
Santoso.2006.Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta. Gajah Mada University.Soejono.2009. Evaluasi Pakan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Soejono, M. 2000. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan.     Fakultas  Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia .  Erlangga. Jakarta.
Syarif. 2000.Ternak Ruminansia. Jakarta : Penebar Swadaya.
Winarno.  2004. Kimia PangandanGizi: PT. GramediaPustakaUtama.Jakarta
Yunus.2008. Serat Kasar. Bogor : IPB.

LAMPIRAN






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONGDAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN)

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONGDAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN) Oleh: Nama : Andrean Sian...