LAPORAN PRAKTIKUM
NUTRISI TERNAK DASAR
ANALISIS PROKSIMAT

Nama : Andrean Chandra Sianturi
NPM : E1C017100
Kelompok : 4 (Empat)
Dosen Pengasuh :Dr.Ir. Irma Badarina, M.P
Prof.Dr.Ir. Urip Santoso, M.Sc
Prof.Dr.Ir. Yosi Fenita, M.P
Suroto, S.Pt
Co. ass : 1) Era M Simanungkalit
2) Popi Purwanto
3) Siti Nurul Akbari
LABORATORIUM NUTRISI
TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
ABSTRAK
Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil
analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai
mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih
mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak
masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah
yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam
penelitian dan keperluan praktis.Dalam praktikum nutrisi ternak dasar kami
mengamati penetapan kadar air,abu,lemak kasar ,protein kasar; serat kasar ,dan
penetapan bahan ekstrak tanpa nitrogen(BETN).Dari hasil pengamatan selama 4
hari tersebut didapatkan hasil pada pengamatan cawan 1 kadar air nya 8,65 % ,dan pada cawan kedua 7,86 %, pada pengamatan cawan 1 kadar abu nya 10,5 %
sedangkan pada cawan 2 kadar abunya 10,4
%, pada
pengamatan penetapan kadar lemak kasar 27,32% sedangkan pada cawan 2 nya 16,5%,
pada kadar protein kasar yaitu adalah 9,873% ,penetapan kadar serat kasar pada
cawan 1 adalah 17,8% dan pada cawan 2 adalah 18,6% , penetapan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) pada sampel daun senduduk adalah 25,877%.
Kata kunci : marigold,kadar air, kadar abu, kadar ekstrak
heksan (lemak kasar), protein kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Penetapan
kadar Air
1.1.1. latar
Belakang
Air sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari hari karena hampir semua mahluk hidup membutuhkan air.Air
sangat berperan penting dalam kehidupan
karena air dapat mempermudah pekerjaan organ organ tubuh.Hampir setiap pakan
ternak mengandung air namun mempunyai perbedaan tiap tiap pakan.Air berpengaruh
pada daya serap tubuh pada pakan tersebut dan juga daya simpan pakan tersebut.
Kadar air pada bahan pangan sangat
berpengaruh pada kulitas dan daya simpan pakan tersebut sehingga perlu di
lakukan penentuan kadar air pada pakan ,supaya dapatdiberikan pada ternak
dengan tepat juga dalam waktu yang tepat.Pakan yang mempunyai kadar air yang di
butuhkan ternak.Namun jika kadar air pada pakan tinggi daya tahan simpan ya
rendah.
Pada umumnya, penetapan kadar air
dilakukan dengan cara mengeringkan sampel didalam oven pada suhu 105° C selama
1 jam atau hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan atau persentasi air pada suatu
bahan.
Dari
penjelasan di atas lah yang mendorong saya untuk melakukan praktikum penetapan
kadar air,supaya saya mengetahui cara menetapkan kadar air dan juga mengetahui
kadar pada sampel yang kami praktikumkan.
1.1.2. Tujuan
Mengetahui dan mampu menetapkan
kadar air pada sampeldaunsenduduk.
1.2 Penetapan kadar abu
1.2.1
Latar Belakang
Analisa
kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu
bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan kandungan mineral
pada bahan tersebut.Abu adalah bahan kimia anorganik yang yang tertinggal
setelah penasan dengan suhu tinggi di dalam tanur.Bahan anorganik yang sudah di
panaskan dengan suhu tinggi dan berwarna abu abu di sebut denganabu.
Penetapan kadar abu di dapatkan dari
sampel yang ada di dalam cawan dipanaskan pada suhu tinggi sekitar 550°C yang
akan menjadi abu berwarna putih zat-zat organic yan teroksidasi menjadi
CO2,H2O, da juga gas-gas lainnya. Abu yaitu zat anorganik
yang tetinggal di dalam pemanasan dengan tanur.
Dari penjelasan
di atas lah yang mendorong kami untuk melakukan praktikum supaya kami mengetahui langkah langkah dalam
menentukan kadar abu pada sampel.
1.2.2
Tujuan
Mengetahui dan mampu menentukan
kadar abu pada sampel daunsenduduk.
1.3Penetapan
Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar )
1.3.1 Latar
Belakang
Lemak adalah
zat yang tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam khloroform, eter dan
benzena. Lemak berfungsi sebagai pemasok energi bagi tubuh . Untuk itu di dalam
menyusun pakan ternak kandungan lemak didalamnya juga perlu diperhatikan karena
kandungan lemak yang terlalu tinggi/rendah dalam pakan dapat mempengaruhi
kondisi ternak, status faali, status fisiologis dan produksi .
Pengamatan penetapan kadar lemak
kasar ini menggunkakan metode ekstraksi. Untuk menentukan lemak dari bahan
kering, bahan dibungkus lalu dikeringkan dalam ovenpada
suhu 105° C selama 6 jam untuk menghilangkan airnya.Lemak
dapat diekstraksi dengan eter lalu kemudian eter diuapkan lalu berat lemak
dapat diketahui.
Dengan
mengetahui kandungan ternak dalam bahan pakan maka kita dapat menghitung
sesuai dengan kebutuhan yang ternak butuhkan.Dan hal itulah yang mendorong kami
untuk melakukan praktikum penetapan kadar lemak kasar supaya kami mengetahui
langkah langkah untuk menetapkan lemak kasar pada bahan pakan yang ingin kami
gunakan.
1.3.2
Tujuan
Mengetahui cara menentukan kadar lemak pada sampel daunsenduduk.
1.4 Penetapan Protein Kasar
1.4.1 Latar Belakang
Protein
merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas
ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan
pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan
asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat
untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yangdigunakan.
Metode
Kjeldahl, metode yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu destruksi, distilasi dan
titrasi. Metode ini digunakan secara luas dalam penetapan protein kasar dalam makanan karena reagen
yang digunakan mudah didapatkan.
Metode
kjeldahl digunakan secara tidak langsung pada penetapan kadar protein kasar,
karena yang dianalisis dengan metode kjeldahl adalah kadar nitrogennya. Unsur
nitrogen yaitu unsur utama protein karena terdapat didalam semua protein namun
tidak terdapat didalam karbohidrat dan lemak.
Dari penjelasan di atas lah yang mendorong kami untuk
melakukan praktikum penetapan
protein kasar.Supaya kami mengetahui kandungan
protein yang terkandung dalam sampel yag kami amati.
1.4.2 Tujuan
Mengetahui dan mampu
menentukan kadar protein kasar sampeldaunsenduduk.
1.5 Penetapan Serat kasar
1.5.1
Latar Belakang
Serat kasar termasuk bagian dari
bahan pakan yang tidak dapat terhidrolisis oleh bahan-bahan kimia. Untuk
penetapan kadar serat kasar menggunakan asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan
natrium hidroksida (NaOH 1,25%).
Serat kasar merupakan bagian dari
karbohidrat. Pengukuran serat kasar dapat dilakukan dengan membebaskan air dan
lemak. Dengan cara merebusnya dengan asam lemah lalu kemudian dengan basa
lemah.dan kemudian disaring denga gooch crucible yang telah dilapisi glasswool.
Berat yang hilang setelah dipijarkan itulah yang disebut serat kasar.
Dari penjelasan di atas lah
yang mendorong kami untuk melakukan praktikum penetapan kadar protein
kasar.Supaya kami mengethui cara menentukan kadar protin dalam suatu sampel dan
mengetahui kandugan protein sampel.
1.5.2.Tujuan
Mengetahuidan mampu menetapkan kadar
serat kasar pada sampel daunsenduduk.
1.6 Penetapan Bahan Ekstrak
tanpa Nitrogen
1.6.1 Latar Belakang
Bahan nitrogen tanpa nitrogen merupakan bagian fraksi
bahan pakan seperti air ,protein kasar,serat kasar, dan ekstrak eter.penentuan
bisa di lakukan jika sudah di ketahui kadar air,abu,protin kasar ,serat kasar
dan lemak kasar karena BETN di tentukan dengan mengurangkan bahan bahan
tersebut.
Keuntungan dari penentuan BETN yaitu
tidak perlu lagi melakukan analisis dan bahkan proses penetuannya mudah.
Sedangkan kerugian dari penentuan BETN yaitu apabila salah satu dari nilai yang didapat minus maka hasil yang akan ditentukan
gagal. Dan Fatalnya lagi harus melakukan pengulangan pada tahap penganalisisan
tersebut.
Dari penjelasan di atas lah
yang mendorong kami untuk melakukan perhitungna untuk mencari nilai BETN.
1.6.2Tujuan
Mampu menghitung BETN setelah di lakukan praktikum dan mengetahui
BETN pada daunsenduduk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penetapan kadar air
Padaumumnyapenentuankadar
air dilakukandenganmengeringkanbahandalam oven padasuhu 105 °C selama 8 jam
atausampaididapatberat yang konstan.(Winarno, 2004).
Air yang
terkandungdalamsuatubahanpakanakanmenguapseluruhnyaapabilabahanpakantersebutdipanaskanselamabeberapawaktupadasuhu 105
sampai 110°C dengantekananudarabebas (Eszra.Y.2004)
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan
daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar
air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan
maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat (Hafez,
2000).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air adalah perbedaan
antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. (Haryanto, 2002)
Penetapan kandungan air dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada
umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada
suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk
bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak,
daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu
yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan
dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga
mencapai berat yang konstan (Winarno 2004).
2.2
Penetapan kadar Abu
Penentuan kadar abu yaitu usaha untuk
mengetahui kadar
abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan
pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya
disebut abu (Syarif,
2000)
zat anorganik yang tertinggal di dalam
pemanasan dengan tanur disebut dengan abu. (Halim, 2006)
Abu
terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut
dalam detergen Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak
kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). (Cherney, 2000)
Pemanasan di dalam
tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius bahwa zat anorganik
yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash)
(Karra,2007).
Suatu bahan pakan bila dibakar pada suhu
550 sampai 600oC selama beberapa waktu maka semua zat organiknya
akan terbakar sempurna menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2,
H2O, dan gas-gas lain, sedang yang tertinggal tidak menguap adalah
oksida mineral atau yang disebut abu (Kamal, 2004).
2.3 Penetapan kadar Eter( Lemak kasar )
Lemak merupakan sekelompok zat yang
tidak larut air tetapi larut dalam eter, kloroform, dan benzena. Ditinjau dari sudut jumlahnya maka lemak
merupakan bagian yang penting dari golongan zat dalam tubuh hewan dan pakan,
dimana lemak mengandung hydrogen dan karbon serta oksigen juga asam stearat (C57H110O6).
Lemak kasar merupakan campuran beberapa senyawa (lemak, minyak, lilin, asam
organic, pigmen sterol, vitamin ADEK) yang larut dalam pelarut lemak (ether,
petroleum ether, pethroleum bensin dan lainnya) (Raharjo, 2002).
Kandungan dari lemak kasar yaitu lemak dan pigmen. . Zat-zat
nutrien yang bersifat larut dalam lemak yang diduga terhitung sebagai lemak
kasar seperti vitamin A, D, E dan K. (Poetra,
2005).
Bahan pakan yang manis memiliki
kadar fruktosa yang tinggi dan baik untuk di jadikan sumber energi ternak
seperti halnya pada ampas kelapa yang memilik rasa manis, ampas kelapa memiliki
protein kasar 17,09%, lemak kasar 9,44%, dan kadar abu
5,92% (Santoso, 2006).
Kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran
dari beberapa zat yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten. (Yunus, 2008).
Sifat-sifat lemak yaitu tidak larut
dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat
dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. (Buckle ,2005).
2.4 Penetapan
kadar Serat kasar
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan
didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam
sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi yang terkontrol.
Pengukuran serat kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan semua bahan
yang larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat (Hunter, 2002).
Untuk mendapatkan nilai serat kasar,
maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur
analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar (Ridwan,
2002)
Analisis kadar serat kasar adalah
usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan
dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell (Mulyono, 2000)
Serat juga merupakan suatu indikasi untuk
menentukan nilai gizi dari suatu bahan pangan. kadar lemak pada analisis
proksimat ditentukan dengan jalan mengekstraksi bahan pakan dengan pelarut dietyl
ether (Jarwindo, 2008)
Pengukuran Serat Kasar dilakukan dengan menggunakan alat labu
erlenmeyer, cawan porselin, corong tegak, desikator, oven, tanur, tang
penjepit, timbangan analitik dan kompor listrik, dengan proses penimbangan
sempel sebanyak 1 gr, masukkan dalam erlenmeyer tambahkan H2SO4 didihkan
selama beberapa menit, beri larutan NaOH didihkan kembali, kertas
whatman yang sudah dioven ditimbang, dan digunakan untuk menyaring sampel
dengan larutan H2SO4 pekat, aceton dan air panas,
lakukan proses pentanuran dan pendinginan dengan desikator lau timbang (Anggorodi,
2008).
2.5 Penetapan
kadar protein kasar
Protein
kasar (crude protein) adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang didapat
dengan mengalikan kandungan menggunakan metode kjeldahl.(Soejono, 2009).
kerja dari metode
Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan
menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan
menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam
larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan
menggunakan larutan HCl (jeanist, 2012).
Protein merupakan komponen penting yang terdapat dalam pakan
dari penelitian bahwa protein sangat berkualitas tinggi.(Piliang, 2009).
kerja dari metode
Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel didestruksi dengan
menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan
menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam
larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan
menggunakan larutan HCl (jeanist, 2012).
Kadar protein pada analisa proksimat
bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar. Definisi tersebut
berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram
per 100 gram protein (NRC, 2001).
2.6 Penetapan Bahan Ekstarak Tanpa
Nitrogen (BETN)
Bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah
kandungan zat makanan dikurangi persentase air, abu, protein kasar, lemak
kasar, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai
nutrisi sampingan dari protein. (Susi,2001).
Keuntungan dari penentuan BETN yaitu tidak perlu lagi
melakukan analisis dan bahkan proses penetuannya mudah. Sedangkan kerugian dari
penentuan BETN yaitu apabila salah satu
dari nilai yang didapat minus maka hasil
yang akan ditentukan gagal. Dan Fatalnya lagi harus melakukan pengulangan pada
tahap penganalisisan tersebut. (arra, 2007)
BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Anggorodi, 2005)
Kandungan
BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya seperti abu,
protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein
kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 2000).
BETN berisi zat-zat mono, tri, di dan
polisakarida terutama pati dan kesemuanya larut dalam asam dan basa dalam
analisis serat kasar dan mempunyai daya cerna tinggi. Pada serat kasar
misalnya kandungan BETN dihitung dari total energi (Akoso, B.T, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1Penetapan
Kadar Air
3.1.1
Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu :15
Oktober 2018 sampai 18 Oktober 2018
Jam :08.00-16.00
3.1.2
Alat dan Bahan
·
Cawan
·
Oven
·
Timbagan
analitik listrik
·
Desikator
·
Tang
penjepit
·
Spatula
·
Daunsenduduk
3.1.3
Prosedur Percobaan
1.
Mengeringkan cawan yang sudah bersih di dalam oven
pengering pada suhu 105 °C selama 1 jam.
2.
Mendinginkan
di dalam selama 1 jam.
3.
Menimbang
dalam keaadaan tertutup(X gram).
4.
Menimbang
contoh bahan (saampel) sebanyak 1 gr dalam cawan (Y gram) dan di keringkan
dalam oven pengering pada suhu 105 °C selama 8 jam.
5.
Mendinginkanya
dalam desikator selama 1 jam.Menimbang sampel setelah di di dinginkan(Z gram).
6.
Memasukkan
kedalam oven pada 105°C
selama 1 jam setelah di ditimbang dan kemudian mendinginkan kembali dalam
desikator selama 1 jam .Kemudian menimbang kembali sampel ( Z gram ) mengulangi
cara kerja ke 6 sampai 2 kali.
3.2
Petetapan Kadar Abu
3.2.
1 Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu : 15 Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam :08.00-16.00
3.2.2
Alat dan Bahan
·
Silica
disk
·
Tanur
·
Taimbangan
analilitik listrik
·
Desikator
·
Tang
penjepit
·
Spatula
·
Daunsenduduk
3.2.3
Prosedur Percobaan
1. Mengeringkan silica disk di dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam.
2. Kemudian mendinginkan di dalam desikator selama 1
jam.Selanjutnya menimbang(X gram ).
3. Menimbang contoh bahan (sampel) sebanyak 1,5 -2 gram (Y gram
) dan memasukkan ke dalam tanur.Menyalukan tanur sampai 550°C ( seperti yang di programkan) selama 1 jam.
4. Mendinginkan tanur ,sehingga suhunya turun menjadi 105 °C,lalu di masukkan dalam desikator selama 1 jam.
5. Sesudah dingin kemudian menimbang (Z gram ).
3.3
Penetapan Kadar Ekstrak Eter
3.3.1
Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu : 15Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam :08.00-16.00
3.3.2
Alat dan Bahan
·
Soklet
sistim HT 2 Ekstraction Unit tecator dan Selongsongnya
·
Labu
penampung
·
Alat
pendingin
·
Penangas
/waterbath
·
Timbagan
analitik
·
Spatula
·
Gelas
arloji
·
Kertas
saring bebas lemak
·
Oven
·
Daunsenduduk
3.3.3.
prosedur percobaan
1.
Menimbang
kertas saring bebas lemak (a gram).Kemudian menambahkan sampel yang akan di
analisa kira kira 1000 gram (b gram)dan kemudian membungkus dengan baik
sehingga tidak ada ceceran sampel( seperti membungkus obat).
2.
Memasukkan
ke dalam oven bungkusan sampel tersebut dengan temperatur 105°C,selama 1 jam.
3.
Setelah
di oven,kemudian menimbang ( dalam keaadan panas )dengan cepat ( c
gram),kemudian memasukkan dengan soklet.
4.
Memasang
labu penampung ,alat ekstraksi dan alat pendingin dan meletakkan di atas
penangas air .Kemudian memasukkan perroleum benzen (pelarut lemak) melalui
lubang pendingin sampai petroleum benzen seluruhnya turun dan masuk ke dalam
labu penampung .Kemudiaan di mengisi lagi sampai setengah bagian dari alat
ekstraksi.
3.4
Penetapan kadar protein kasar
3.4.1
Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu : 15Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam :08.00-16.00
3.4.2
Alat dan Bahan
·
Labu
kejdahl 650 ml
·
Labu
erlemenyer 300 ml
·
Buret
·
Pipet
volume 25/50 ml
·
Labu
erlememyer 650 ml
·
Gelas
ukur 100 ml
·
Corong
·
Alat
destruksi dan destilasi
·
Kjel
tab
·
HCL
0,1N
·
H3BO4 O,1 N
·
Indikator
mix
·
Kjel Tab
·
Daunsenduduk
·
H2SO4
3.4.3
Prosedur percobaan
A.Destruksi
1.
Menambah
sampel bahan pakan 1-2 gram ke dalam labu kejdahl
2.
Menambahkan
1 gram campuran selenium mixer
3.
Menambahkan
13 ml H2SO4 pekat
4.
Meletakkan
duatas pemanas destruksi
5.
Memanaskan
pada suhu 350 ℃ +- 1 jam sampai larutan
jernih (pada saat destruksi hidupkan kipas angin)
6.
Mengangkat
dan mendingimkan
B.Destilasi
1.
Memindahkan
larutan ke dalam labu destruksi dengan menyusunkan 65 ml aquadest
2.
Menyiapkan
larutan penampung di ikat dengan 10 ml H3BO4 1% yang sudah di beri 3 tetes indikator campuran
3.
Memasukkan
35 ml NaOH 40 % ke dalam campuran sampel
(tutup dengan cepat ) ± 3 butir batu didih
4.
Memanaskan
alat pendingin.Mengalirkan di pendingin
5.
Menghidupkan
kompor pemanas
6.
Membiaskan
destilaasi sampai volume larutan penampung
7.
Mematikan
alat pemanas.Mengngkat larutan penampung
C.Titrasi
1.
Mentitrasi
larutan dengan menyusun H2SO4 0.1 N.Melihat perubahan warna dari kedjal ke merah muda
sekali dan mencatat pemakaian titrasi H2SO4
2.
Membuat
larutan Blanko sebagai pembanding
3.5
Penetapan Serat Kasar
3.5.1
Tempat Dan Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium Nutrisi dan Makanan ternak
Waktu : 15 Oktober 2018 sampai 18Oktober 2018
Jam :08.00-16.00
3.5.2
Alat dan Bahan
Alat
·
Beaker
glass 600 ml
·
Saringan
dari limen
·
Serat
gelas (glass wool)
·
Alat
penyaring buchner atau Gooch crucible
·
Desikator
·
Tanur
·
Pompa
vacum
·
Tang
penjepit
·
Timbangan
analitik listrik
·
Gelas
ukur 100 ml
·
Corong
gelas diameter 10 cm
Bahan
·
H2SO4 1,25%
·
NaOH 1,25%
·
Aquadest
·
Aceton
·
Etyl
alkohol 95 %
·
Daunsenduduk
3.5.3 Prosedur Praktikum
1.
Memasukkan
sampel dari penetapan kadar lemak ke
dalam beaker gelas 600 ml menambah 200 ml H2SO4 1,25 % dan
memasang pada pemanas dan pendingin di alirkan,kemudian mendidihkan selama 30
menit.
2.
Menyaring
menggunakan saringan linnen dan memasukkan hasil saringan ke dalam beker gelas
dengan mencuci saringan linnen.
3.
Mencuci
beaker glass ,hasil saringan beserta serat kasarbila di gunakan memasukkanya ke
dalam beaker glass dan menambahkan NaOH 1,25 % sebanyak 210 ml dan mendidihkan selama 30 menit.
4.
Menyaring
menggunakan Gooch crucible yang sudah di lapisi glasswool.Selanjutnya
mencucinya dengan beberapa ml air panas dan boleh melanjutkan dengan 15 ml etyl
alkohol 95 %.
5.
Hasil
saringan termasuk serat gelas dalam Gooch crucible menganginkanya sampai kering kemudian
memasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 ℃ selama 1 malam ,setelah
itu mendinginkanya selama 1 jam .Menimbangnya setelah dingin ( Y gram ).
6.
Kemudian
mengabukannya di dalam tanur dengan suhu 550 °C selama 1 jam atau sampel berwarna putih (bebas
karbon).
7.
Mengeluarkan
dan membiarkan beberapa menit sampai suhunya turun menjadi 105 °C ,kemudian mendinginkan ke dalam desikator selama 1
jam kemudian menimbang setelah dingin ( Z gram ).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penetapan kadar air
4.1.1
Hasil
Pengamatan
Nama
sampel (KODE)
|
Daun senduduk
|
Daun senduduk
|
Pengamatan
/ulangan ke
|
I
|
II
|
Berat
cawan timbang kosong kering(Xg)
|
30,8311 gr
|
28,9327 gr
|
Berat
cawan timbang + sampel (Yg)
|
32,0377 gr
|
30,9443 gr
|
Berat
cawan +sampelkering (Zg)
|
31,864 gr
|
30,786 gr
|
Kadar
air (%)
|
8,65 %
|
7,86 %
|
kadar
air =



= 8,65
%
Sampel 2
= 

= 

= 

=7,86 %
4.1.2
Pembahasan
MenurutHaryanto, 2002kadar air merupakan
banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen.
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan.
Dalam
praktikum kami kali ini kami mengamati penetapan kadar air pada sampel daunsenduduk.Pada prinsipnya air akan menguap oleh panas pada suhu,dan
bahan yang tertinggal di sebut bahan kering.Menurut Eazra 2004 air yang terkandung dalam suatu bahan pakan
akan menguap seluruhnya apabila bahan pakan tersebut dipanaskan selama beberapa
waktu pada suhu 105 sampai dengan 110°C.Dan
dalam pengamatan kami juga demikian kami memanaskan bubukdaunsenduduk
dengan suhu 105 ºCsemua
air yang ada di sampel telah menguap.Setelah kami panaskan kami menimbang
sampel kembali dan mendapat kan hasil
pada sampel pertama 31,864 gr
dan 30,786 grpada sampel kedua yang sebelum di panaskan beratnyaadalah32,0377 gr pada
sampel pertama dan30,9443 gr pada
sampel ke dua.Sehingga di dapatkan kadar
airdaunsenduduk adalah8,65 % pada sampel 1dan
sampel 7,86 % .
Menurut Eszra 2004 air yang ada
dalam pakan akan menguap pada suhu 105 ºC
samapi 110 ºChal
itu sesuai dengan yang kami amati karena pada praktikum kami air menguap
setelah kami memasukkan ke pemanas dengan 105 ºC.
4.2Penetapan
kadar abu
4.2.1 Hasil
Nama sampel (KODE)
|
Daun
senduduk
|
Daun
senduduk
|
Pengamatan /ulangan
ke
|
I
|
II
|
Berat cawan kosong
kering (X g)
|
18,7972
gr
|
17,8280
gr
|
Berat cawan + sampel
(Y g)
|
20,8048
gr
|
19,8363
gr
|
Berat cawan +sampel
abu (Zg)
|
19,010
gr
|
18,038
gr
|
Kadar abu
|
10,5
%
|
10,4
%
|
Kadar abu %
sampel 1 =

= 


= 10,5 %
Sampel 2
Kadar abu =


4.2.2 Pembahasan
MenurutSyarif, 2000penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara
umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik
selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu.
Dalam praktikumpenetapan kadar abu
kami kali ini kami mengamati sampel daunsenduduk
yang terlebih dahulu kami timbang sampel
dan cawan seberat 20,8048 gr
pada sampel 1 dan pada sampel ke dua seberat 19,8363 gr kemudian kami memasukkan ke dalam tanur
dan di panaskan selama 1 jam dengan suhu 550 ºC.
Setelah suhunya turun menjadi 105 ºC kmi mengeluarkan
sampel dan memasukkan ke dalam desikator selama 1 jam .Setelah dingin kami
menimbang kembali dengan hasil 19,010 gr pada sampel 1 dan pada sampel kedua 18,038 gr, dari hasilpenimbangankadarabudidapatkankadarabu 10,5 %
padasampel 1 dan10,4 padasampel 2.Menurutkamal 1994 yang
menyatakan daunsenduduk
akan berubah menjadi abu jika di masukkan kedalam tanur dengan suhu 550 ºC selama beberapa waktu
.Menurut literatur tersebet itu terjadi karena pada suhu 550 ºC zat organiknya akan
terbakar sehingga terjadi lah abu.
4.3 Penetapa
kadar ekstrak eter (lemak kasar)
4.3.1 Hasil
Nama sampel(KODE)
|
Daun
senduduk
|
Daun
senduduk
|
Pengamatan /ulangan
ke
|
I
|
II
|
Berat kertas saring
(a gram)
|
0,3450
gr
|
0,3504
gr
|
Berat kertas saring +
sampel (b gram)
|
1,4516
gr
|
1,4408
gr
|
Berat kertas
saring+sampel oven(c gram)
|
1,587
gr
|
1,452
gr
|
Berta kertas
saring+sampel oven ekstraksi (d gram)
|
1,287
gr
|
1,292
gr
|
Kadar lemak(EE)(%)
|
27,32
%
|
16,5
%
|
Kadar lemak =

=

=

= 27,32 %
Kadar lemak (II)=


=

= 16,5 %
4.3.2 Pembahasan
Menurut Raharjo 2002,lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter.Dalam praktikum
kami,kami juga menggunakan N-heksan yang
di ekstrasi selama 16 jam.Dari sumber yang raharjo sesuai dengan yang kami
amati.
Pada sampel
yang kami amati yaitu daunsenduduk kami mendapat hasil setelah melakukan prosedur kerja yaitu kadarlemak 27,32 %pada sampel 1dan pada sampel 2 yaitu 16,5%% .
4.4 Penetapan protein kasar
4.4.1 Hasil Pengamatan
Nama sampel (KODE)
|
Daun
senduduk
|
Daun
senduduk
|
Pengamatan/Ulangan
|
I
|
II
|
Volume (ml)titrasi
untuk sampel(X)
|
6,1
ml
|
-
|
Volume (ml) titrasi untuk blanco (Y)
|
1 ml
|
-
|
Berat sampel (Z gr )
|
0,532
|
-
|
Kadar protein kasar
(pk%)
|
9,873
%
|
-
|
N% =

=

=

=

= 1,5798
%PK=%N x f
=1,5798 X 6,25
= 9,873%
4.4.2 Pembahasan
MenurutSoejono, 2009Protein kasar (crude protein)
adalah kandungan protein dalam bahan makanan yang didapat dengan mengalikan
kandungan menggunakan metode kjeldahl.
Dalam
praktikum kami kali ini kami melakukan pengamatan pada penetapan proteinkasar pada daunsenduduk dalam pengamatan
tersebut kami melakukan 3 tahap iyaitu titrasi pada saat titrasi hasil
yang kami proleh adalah 6,1 ml yang sebelumnya telah di lakukan tahap destruksi dan
destilasidanberatsampelpadapengukuran
protein kasariniadalah 0,532 gr.Dan
setelah prosedur kerja selasai di lakukan di dapat kan hasil yaitu 9,873 % % protein kasar pada daunsenduduk.
Kadar protein pada analisa proksimat
bahan pakan pada umumnya
mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya
kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25.
Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan
pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).
4.5 Penetapan serat kasar
4.5.1 Hasil Pengamatan
Nama
sampel (KODE)
|
Daun senduduk
|
Daun senduduk
|
Pengamatan
/ulangan ke
|
I
|
II
|
Berat
sampel (Y gr)
|
2,001 gr
|
2,022 gr
|
Berat
penyaring +residu kering (Ygr)
|
25,094 gr
|
24,908 gr
|
Berat
penyaring +abu (Z gr)
|
24,737 gr
|
24,530 gr
|
Kadar
serat kasar(SK)(%)
|
17,8 %
|
18,6 %
|
Kadar serat kasar (1) =

=

= 17,8 %
Kadar serat kasar (2)
=

=

= 18,6 %
4.5.2 Pembahasan
Menurut Hunter, 2002 Serat kasar merupakan bagian dari
karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang tersisa setelah didigesti
dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi
yang terkontrol. Pengukuran serat kasar dapat dilakukan dengan menghilangkan
semua bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan dalam asam sulfat
(Hunter, 2002).
Padapraktikum kali ini kami
akanmelakukanpengukurankadarseratkasarpadadaunsenduduk.
Setelahmelakukansetiaplangkah-langkahpadametodekerja kami
mendapatkankadarseratkasarpadadaunsendudukyaitu 17,8% padasampel 1 dan 18,6%
padasampel 2.
Untuk
mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu)
dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu
adalah serat kasar (Ridwan, 2002).
Menurut Anggorodi, 2008pengukuran Serat Kasar dilakukan dengan menggunakan alat labu
erlenmeyer, cawan porselin, corong tegak, desikator, oven, tanur, tang
penjepit, timbangan analitik dan kompor listrik, dengan proses penimbangan
sempel sebanyak 1 gr, masukkan dalam erlenmeyer tambahkan H2SO4 didihkan
selama beberapa menit, beri larutan NaOH didihkan kembali, kertas
whatman yang sudah dioven ditimbang, dan digunakan untuk menyaring sampel
dengan larutan H2SO4 pekat, aceton dan air panas,
lakukan proses pentanuran dan pendinginan dengan desikator lau timbang.
4.6 Penetapan Bahan ekstrak tanpa nitrogen
4.6.1 Hasil
Nama
sampel (KODE)
|
Daun senduduk
|
Daun senduduk
|
Pengamatan/ulangan
|
I
|
II
|
Kadar
air(%)
|
8,65 %
|
7,86 %
|
Kadar
abu(%)
|
10,5 %
|
10,4 %
|
Kadar
ekstrak eter(%)
|
27,3 %
|
16,5 %
|
Kadar
serat kasar(%)
|
17,8 %
|
18,6 %
|
Kadar
protein kasa r(%)
|
9,873 %
|
-
|
Kadar
bahan ekstrak tanpa nitrogen(%)
|
25,877 %
|
-
|
Kadar BETN =100 %-(% AIR
+% ABU +%PK +% SK+EE)
=100%-(8,65% +10,5% +9,873% +17,8% +27,3%)
=100% - (74,123%)
=25,877 %
4.6.2 Pembahasan
MenurutSoejono,
2000 Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung
pada komponen lainnya seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.
Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi
dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Rumusnya :
Kadar BETN =
100% - (%air +%abu +% PK +%SK +EE)
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan kadar BETN padasampeldaunsenduduk kami
mendapatkankadar BETN nyaadalah 25,877% padapengulangankedua,
sedangkanpadapengulangankeduakadar BETN tidakdidapatkarnapadakadar protein
kasartidakdilakukanpengulangankedua.
BAB IV
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Setelah
melakukan praktikum maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Kadar air pada daunsenduduk
pada ulangan pertama 8,65%
dan pada ulangan ke dua 7,86%.
2. Kadar abu pada daunsenduduk
pada ulangan pertama 10,5% dan ulangan ke dua 10,4%.
3. Kadar ekstrak eter (lemak) kasar padadaunsenduduk adalah ulangan pertama 027,32% dan
ulangan ke dua 16,5 %.
4. Kadar serat kasarpada daunsenduduk adalah 17,8 % dan pada ulangan ke
dua 18,6 %.
5. Kadar proteinkasar pada daunsenduduk adalah 9,873 %.
6. Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen pada daunsendudukadalah
25,877 %.
5.2
Saran
Sebaiknya
dalam praktikum selanjutnya praktikan lebih aktifdanmenaatisetiapintruksidaridosendan co ass,
sepertidatingtepatwaktu, memakaijas lab danmenjagakebersihanlaboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, BT, 2006. Kesehatan
Sapi, Panduan bagi Petugas Teknis, Mahasiswa, Penyuluh Dan Peternak.
Kasinus. Yogyakarta.
Anggorodi.
2005. Ilmu Bahan Pakan Ternak Umum.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anggorodi.2006. Penyusun Kadar Ransum. Semarang : UNY.
Arra.2007.Kandungan Serat Kasar.
Jakarta :Tiga Serangkai.
Astuti .2011.Biokimia
umum.Bogor.departemen perindustrian dan perangan.
Buckle.
2005. Analisis kandungan pakan.Bogor
.Institut Pertanian Bogor.Cherney. 2000. Biokimia
Umum . Bogor : IPB.
Eszra.Y.
2004. Analisa Makanan.Erlangga. Jakarta.
Hafez.2000. Metode Analisis Proksimat. Jakarta : Erlangga.
Halim.2006.Kualitas
Pakan Ternak.Bandung : ITB.
Haryanto.2002.
Analisis Kadar Air. Jakarta :
Erlangga
Hunter.2002. Analisis Peroksimat
Pakan Ternak.
Semarang : Erlangga
Jeanist.
2012. analitik pangan. Yogyakarta:.Liberty.
Jarwindo. 2008 . Kandungan Kadar Air dalam suatu bahan makanan. PT Gramedia :
Jakarta
Kamal,
M. 2004.Nutrisi Ternak I. Yogyakarta.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Karra , 2007. Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta.
. Gajah Mada University.Mulyono.2000. Analisis
Kadar Serat Kasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
NRC,2001. Ilmu
Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta..
Poetra.2005. Kandungan Lemak Kasar. Bandung : ITB.
Piliang.2009. Fisiologi Nutrisi: Edisi Kedua. Jakarta: UI-Press.
Ridwan.
2002. Serat Kasar. Bogor: IPB.
Rahajo.2002.Analisis dengan
Bahan Kimia .
Erlangga. Jakarta.
Santoso,
2006.Limbah Bahan Ransum Unggas Yang
Rasional. Malang. Fakultas
Peternakan, Universitas Brawijaya Press.
Santoso.2006.Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta. Gajah
Mada University.Soejono.2009. Evaluasi Pakan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Soejono, M. 2000. Petunjuk
Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Susi
. 2001. Analisis dengan
Bahan Kimia . Erlangga. Jakarta.
Syarif.
2000.Ternak Ruminansia. Jakarta : Penebar Swadaya.
Winarno. 2004. Kimia
PangandanGizi: PT. GramediaPustakaUtama.Jakarta
Yunus.2008. Serat Kasar. Bogor : IPB.
LAMPIRAN







Tidak ada komentar:
Posting Komentar