LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK
UNGGAS
KARKAS DAN PENGAMATAN ORGAN DALAM
BROILER

Nama : Andrean Chandra Sianturi
NPM : E1C017100
Shift :
08:00-10:00 WIB
Kelompok : 12
Dosen
Pengasuh : 1. Ir. Kususiyah, MS
2. Dr. Nurmelliasari, S.Pt, M.Sc
3. Ir. Hardi Prakoso, MP
Co.
ass : 1) Ahmad Kusnandar
2) Anindita
3) Arief Sofyan
4) Dessy Wulandari
5) Dwi Sulistyo
6) Mexi Mandela
7) Siti Fatimah
8) Siti Kurniati
LABORATORIUM PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Ternak unggas merupakan aset nasional yang
turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring dengan
meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan
dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa ini
mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan
yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat.
Karkas unggas adalah bagian tubuh
hasil pemotongan setelah dikurangi darah, kepala, kedua kaki pada bagian
bawah (mulai dari carpus dan tarsus), kulit, saluran pencernaan,
usus, jantung, tenggorokan, paru-paru, limpa, dan hati sedangkan
ginjal sering dimasukkan sebagai karkas. Faktor utama yang
diperhatikan untuk menilai karkas yang dipasarkan adalah; bobot karkas,
potongan karkas yang dapat dijual (cutability) dan kualitas daging.
Pencernaan
adalah rangkaian penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan
dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh
jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatuperubahan fisik dan
kimia dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses
pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih komplek
dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. Alat pencernaan
terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut sampai ke usus dan
berakhir di lubang pelepasan atau anus. Ayam memiliki pencernaan yang
sederhana. Oleh sebab itu hanya tersedia tempat yang sempit untuk kehidupan
jasad renik dalam usus yang diperlukan untuk membantu mencerna pakan.
1.2 Tujuan
1. Bagian-bagian potongan
karkas pada broiler.
2. Untuk mengetahui bobot dan
deskripsi organ-organ pencernaan broiler.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Broiler adalah istilah untuk menyebutkan
strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis
dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan
dapat dipotong pada usia yang relatif mudah sehingga sirkulasi pemeliharaannya
lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik
(Murtidjo, 1992).
Karkas yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi
bagian-bagian tertentu.Karkas ayam dibedakan menjadi menjadi karkas kosong dan
karkas isi.Karkas kosong yaitu karkas yang telah disembelih dan dikurangi
darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam (jeroan), kepala, dan
kakinya.Biasanya paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas, kecuali ada
permintaan khusus. Karkas isi yaitu karkas kosong segar, tetapi diisi dengan
hati, jantung, dan ampela yang sudah dibersihkan (Priyatno, 2000).
Karkas ayam diperoleh dari tubuh ayam setelah
mengalami serangkaian proses pemotongan ayam. Karkas yang diperdagangkan ada
beberapa macam seperti dressed yaitu bagian dalam tubuh ayam
tanpa darah dan bulu serta evicerasted yaitu tubuh ayam tanpa
darah, bulu, dan seluruh isi rongga perut yang disebut juga karkas
kosong (Priyatno, 2000).
Untuk memperoleh karkas yang baik, prosessing perlu
dilakukan di tempat pemotongan yang bersih dengan cara yang baik dan benar.
Karkas yang baik adalah karkas yang besih, higienis dengan penampilan
menarik.Karkas ayam dibuat klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh
(Rasyaf, 2003). Selama proses pengolahan akan terjadi kehilangan berat hidup
kurang lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu nantinya kurang lebih 2/3
dari berat hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher, kepala, jeroan atau isi
dalam dan ekor dipisah dari bagian daging tubuh dengan demikian daging siap
masak itu hanya tinggal daging pada bagian tubuh tambah dengan siap masak itu
75% dari berat hidup (Rasyaf, 2003).
Persentase bagian non karkas pada ayam broiler untuk
setiap umur berbeda-beda yaitu pemotongan 8 minggu persentase karkasnya untuk
jantan 64,6%, kepala dan leher 6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%, ampela 4,4%, jantung
0,6%, usus 6,6%, darah 5,4%, dan bulu 6,0%. Untuk betina karkas 71%, kepala dan
leher 4,8%, kaki 4,5%, hati 3,1%, ampela 5,6%, jantung 0,6%, usus 0,5%, darah
4,2% dan bulu 9,6% (Murtidjo, 2003).
Sekarang ini ayam broiler di pasarkan dalam bentuk
potongan-potongan komersial. Proposal bagian-bagian karkas seperti paha
memiliki persentase 10 %, sayap sebanyak 15 %, betis 17 % dan dada 30 % dari
bobot karkas. Bagian bobot dada dan punggungnya dapat di belah dua, sehingga
potongan karkas komersial berjumlah 10 bagian. Bobot karkas berbeda-beda untuk
setiap umurnya seperti pada umur 8 minggu memiliki bobot karkas sekitar 1,995
gram dengan persentase bagian-bagian karkas yaitu lemak abdominal 4,3%, sayap
9,6%, betis 13,0%, paha 16,6%, dada bertulang 34,2% dan dada tanpa tulang 22,6%
(Amrullah, 2002).
Sistem pencernaan unggas berbeda jauh dari yang
mamalia.Burung yang ada tidak memiliki gigi maka tidak ada
pengunyahan.Kerongkongan bermuara langsung ke crop, di mana pakan
disimpan dan direndam. Pakan setelah dari crop kemudian
lolos ke proventriculus (lambung kelenjar). Makanan
selamadi proventriculus akan disimpan sementara dan cairan
pencernaan atau enzim disekresikan dan dicampur dengan itu. Pakan
selanjutnya bergerak melalui usus kecil,.sekum, dan usus besar serta kloaka
(Scanes et al., 2004). Kloaka mempunyai otot spinter. Efek
dari otot spinter pada kloaka yaitu kloaka selalu tertutup rapat dan membuka
pada hanya saat membuang kotoran dan kapalatis (Sutiyono, 2001).
Pakan selanjutnya melewati gizzard. Gizzard adalah
organ yang sangat berotot, di mana dengan bantuan batu atau pasir ditelan oleh
ayam, pakan hancur dan tanah. Ransum yang diberikan pada ternak dapat
mempengaruhi kerja organ dalam dan saluran pencernaan ayam.Sistem organ
pencernaan berkembang sesuai dengan ransum yang diberikan.Kelainan pada organ
dalam biasanya ditandai dengan adanya perubahan organ dalam secara fisik
seperti perubahan warna dan ukuran. Organ dalam pada ternak mempunyai
fungsi yang saling berhubungan, berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan
pengamatan terhadap persentase bobot organ dalam ayam (Widianingsih,
2008).
Giblet atau jeroan merupakan hasil
ikutan yang dapat dimakan, biasanya terdiri dari hati, jantung dan
ampela. Hati merupakan organ yang berfungsi sebagai alat penyaring zat-zat
makanan yang diserap sebelum masuk dalam peredaran darah dan jaringan-jaringan
(Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178), terdiri dari lobi kanan dan kiri yang
hampir sama ukurannya, bagian tepinya secara normal adalah lancip dan bila
terjadi pembesaran menjadi bulat (Mc Lelland, 1990 yang disitasi oleh Sajidin,
1998:9)
Hati unggas berwarna kecoklatan sampai coklat
muda kekuningan dengan bobot 45 sampai 51 g atau 1,7 sampai 2,3 % dari bobot
hidup (Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178). Warna hati tergantung pada nutrisi,
warna hati yang normal adalah coklat kemerahan atau coklat terang dan apabila
makanan mengandung lemak tinggi warnanya menjadi kuning (Mc Lelland, 1990 yang
disitasi oleh Sajidin, 1998:8).
Persentase hati pada pemotongan umur 8 minggu
untuk broiler jantan adalah 2,6% dan untuk broiler betina adalah 3,1% sedangkan
pada pemotongan umur 10 minggu untuk broiler jantan adalah 2,1% dan untuk
broiler betina adalah 3,7% (Murtidjo, 1987:10).
Jantung adalah suatu struktur muskular
berongga yang bentuknya menyerupai kerucut yang berfungsi memompakan darah ke
dalam bilik-bilik atrial dan kemudian memompakan darah tersebut dari ventrikel
menuju ke jaringan dan kembali lagi. Katup-katup jantung terbuka dan tertutup
mengikuti urutan yang tepat agar darah mengalir kesalah satu jaringan saja
(Frandson, 1992:438). Persentase bobot jantung yang normal berkisar antara 0,50
sampai 1,42% dari bobot hidup (Nickel et al., 1977 yang disitasi oleh Abubakar
dan Nataamijaya, 1990:179). Pada pemotongan umur 8 minggu persentase jantung
pada broiler jantan dan betina adalah 0,6% dan pada pemotongan umur 10 minggu
untuk broiler jantan adalah tetap dan broiler betina menurun menjadi 0,4%
(Murtidjo,1987:10).
Ampela merupakan otot yang tebal dan memiliki
dua lubang kecil, lubang pertama untuk memasukkan makanan dari proventrikulus
dan lubang kedua untuk melanjutkan makanan ke duodenum. Ampela seringkali
dinamakan perut otot yang berfungsi untuk menghasilkan dan menggiling makanan
kasar sebelum masuk ke usus (Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178).
Ampela mempunyai otot-otot kuat yang dapat
berkontraksi secara teratur untuk menghancurkan makanan sampai menjadi bentuk
pasta yang dapat masuk ke dalam usus halus. Ampela biasanya mengandung grit
(batu kecil dan pasir) yang akan membantu pelumatan biji-biji yang masih utuh
(Tillman et al., 1991:192). Grit esensial untuk pencernaan yang optimum karena
grit dapat meningkatkan pergerakan dan penggilingan ampela serta meningkatkan
daya cerna bahan pakan kasar. Walaupun demikian, ada tidaknya grit tidak akan
mempengaruhi pertumbuhan maupun reproduksi unggas (Sajidin, 1998:11).
Nama Organ
|
Data Praktikum
|
Data Literatur
|
|||
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
Literatur
|
|
Oesophagus
|
13
|
2
|
20
|
5
|
Suprijatna et
al., (2005)
|
Crop
|
8
|
23
|
7-10
|
5-7,5
|
Wihandoyonoet al.
(2008)
|
Proventriculus
|
10
|
10
|
6
|
6-8,1
|
Sari dan Ginting
(2012),Has et al.(2014)
|
Gizzard
|
6
|
30
|
5
|
25
|
Yoder et al.,
(2013)
|
Usus halus
|
|||||
Duodenum
|
27
|
12
|
12
|
Hamsah (2013)
|
|
Jejenum
|
79
|
18
|
74
|
21
|
Hamsah (2013)
|
Ileum
|
69
|
12
|
32
|
15
|
Usman (2010)
|
Organ tambahan
|
|||||
Hati
|
8
|
29
|
22
|
Tarigan et
al., (2013)
|
|
Pankreas
|
11
|
3
|
2
|
Suprijatna et
al., (2005)
|
|
Limfa
|
2
|
1
|
2
|
Resnawati (2010)
|
Tabel data pengukuran
panjang dan berat organ pencernaan ayam
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
·
Ayam broiler
·
Pisau pemotong
·
Meja
·
Nampan
·
Talenan
·
Timbangan
·
Gunting bedah
·
Air biasa, Air hangat
suhu 30-50°C
·
Plastik pengemas
·
Penggaris
3.2 Cara Kerja
1)
Tangkap ayam yang
akan dipotong dengan hati-hati dan timbanglah bobot berat hidupnya.
2)
Selanjutnya bawa ayam
ke tempat pemotongan.
3)
Memotong (sembelih)
ayam dengan cara memegang kedua sayap dengan tangan kiri dan kedua kaki ayam
dengan kedua tangan kanan, dan arahkan tubuh ayam ke arah barat (menghadap
kiblat) dengan posisi kepala lebih rendah dari pada bagian badannya. Potong
vena yugularis, trachea dan oesofagus dengan pisau tajam. Diamkan beberapa saat
sampai darahnya berhenti mengalir.
4)
Mencelupkan ayam yang
telah dipotong kedalam air panas bersuhu 30-50°C selama 45 detik (sampai bulu
sayap mudah dicabut), karena pada praktikum ini mesin pencabut bulunya
mengalami gangguan teknis, maka dilakukan pencabutan bulu secara manual dengan
tangan praktikan sendiri.
5)
Bulu-bulu halus yang masih
ada dibersihkan untuk selanjutnya cuci dengan air.
6)
Memotong pangkal
leher ayam.
7)
Memotong kaki ayam
pada bagian sendi lutut.
8)
Membuka rongga perut
dengan cara memegang proventikulusnya dan tarik keluar seluruh alat
pencernaannya. Pisahkan hati, jantung, danlimfanya kemudian keluarkan isi
gizardnya dan cuci hingga bersih.
9) Memotong karkas menjadi 4 bagian (2 bagian dada, 2
bagian paha), kemudian cuci bersih dan tiriskan.
10) Menimbang karkas tersebut kemudian catat data-data
yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
1) Berat ayam hidup 2kg
2) Berat bulu 129,4 gr
3) Berat karkas 1388gr
4) Berat empedu 17 gr
5) Berat hati 39,5 gr
6) Berat limfa 3,3 gr
7) Berat jantung 9,2 gr
8) Berat proventriculus
1 8,8 gr
9) Berat proventriculus
2 7,8 gr
10) Berat gizzard 1 42,6
gr
11) Berat gizzard 2 30,4
gr
12) Berat pancreas 5,1 gr
13) Berat jantung 0,5 gr
14) Berat lemak gizzard
7,4 gr
15) Berat kaki 71,6 gr
16) Berat ceca 8,9 gr
17) Berat duodenum 14,5
gr
18) Berat yeyenum 27,3 gr
19) Berat ileum 17,8 gr
20) Berat kepala 95,4 gr
21) Panjang duodenum 36 cm
22) Panjang yeyenum 80,5
cm
23) Panajng ileum 73 cm
24) Panajng rectum 11cm
25) Panjang ceca kanan 14
cm
26) Panjang ceca kiri 12
cm
27) Warna paha 2.3
28) Warna karkas 2.3

Gambar saluran pencernaan pada unggas
4.2 Pembahasan
Nama Organ
|
Data Praktikum
|
Data Literatur
|
|||
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
Literatur
|
|
Oesophagus
|
13
|
2
|
20
|
5
|
Suprijatna et
al., (2005)
|
Crop
|
8
|
23
|
7-10
|
5-7,5
|
Wihandoyonoet al.
(2008)
|
Proventriculus
|
10
|
10
|
6
|
6-8,1
|
Sari dan Ginting
(2012),Has et al.(2014)
|
Gizzard
|
6
|
30
|
5
|
25
|
Yoder et al.,
(2013)
|
Usus halus
|
|||||
Duodenum
|
27
|
12
|
12
|
Hamsah (2013)
|
|
Jejenum
|
79
|
18
|
74
|
21
|
Hamsah (2013)
|
Ileum
|
69
|
12
|
32
|
15
|
Usman (2010)
|
Organ tambahan
|
|||||
Hati
|
8
|
29
|
22
|
Tarigan et
al., (2013)
|
|
Pankreas
|
11
|
3
|
2
|
Suprijatna et
al., (2005)
|
|
Limfa
|
2
|
1
|
2
|
Resnawati (2010)
|
Tabel data pengukuran
panjang dan berat organ pencernaan ayam
Berdasarkan praktikum yang
telah dilaksanakan didapatkan bahwa berat ayam
hidup sebelum dipotong adalah 2 kg. Setelah pemotongan ayam didapatkan berat
bulu 129,4 gr, berat 1388 gr. Menurut Murtidjo 2003, persentase
bagian non karkas pada ayam broiler untuk setiap umur berbeda-beda yaitu
pemotongan 8 minggu persentase karkasnya untuk jantan 64,6%, kepala dan leher
6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%, ampela 4,4%, jantung 0,6%, usus 6,6%, darah 5,4%,
dan bulu 6,0%. Untuk betina karkas 71%, kepala dan leher 4,8%, kaki 4,5%, hati
3,1%, ampela 5,6%, jantung 0,6%, usus 0,5%, darah 4,2% dan bulu 9,6% (Murtidjo,
2003).
.
Berdasarkan praktikum yangtelahdilaksanakan didapatkan proventriculus ayam berat
8,5 gram. Has et al. (2014)menyatakan
bahwa berat proventriculus yaitu 6 sampai 8,1 gram. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dan berat crop tidak berada pada kisaran
normal. Faktor yang mempengaruhi bobot proventriculus adalah umur,
bangsa, dan genetik ternak (Usman, 2010). Sari dan Ginting (2012)
menjelaskan bahwa besar kecilnyaproventriculus dipengaruhi oleh pakan
ternak. Proventriculus sebagai organ lambung sejati ayam memiliki peranan
penting dalam pencernaan enzimatisnya.Sari dan Ginting (2012) menyatakan bahwa
semakin besar ukuran proventriculus maka lebih maksimal untuk memproduksi asam
hydrochloric (HCI) dan pepsin, dan enzim yang dapat memecah protein serta
kandungan fosfor yang terikat oleh kandungan asam fitat.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan didapatkan berat 42,6 gram. Yoder et al.,
(2013) menyatakan bahwagizzard beratnya 25gram sampai
30 gram. Suprijatna et.al.(2005), menyatakanbahwa peningkatan
bobot gizzard dapat disebabkan karena peningkatan serat kasar
dalam pakan. Peningkatan ini mengakibatkan beban gizzard lebih besar
untuk memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik, akibatnya urat
daginggizzard tersebut akan lebih tebal sehingga memperbesar
ukuran gizzard.Usman (2010) menyatakan bahwa semakin berat
bobot gizzard maka kemampuan gizzard dalam
memperkecil ukuran partikel ransum secara fisik akan semakin besar.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan didapatkan panjangduodenum ayam 36 cm dan berat 14,5 gram. Hamsah (2013) menyatakan bahwa
berat duodenum ayam umur 35 hari adalah 4 gram. Usman (2010)
menyatakan bahwa perbedaan panjang dan berat duodenumdisebabkan karena
perbedaan umur maupun jenis unggas, akibatnya terjadi penyerapan
nutrien yang berlebih sehingga perfoma ayam meningkat dan
diiringi produksi yang meningkat, akan tetapi ketika terlalu
berlebihan maka bisa membuat perfoma ayam menurun.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan didapatkan panjangjejenum ayam 80,5 cm dan berat 27,3 gram. Hamsah (2013) menyatakan bahwa
panjang jejunum ayam berkisar antara 58 sampai 74 cm dan berat 2,9
sampai 3,8 gram tiap 10 cm dari panjang jejenum atau sekitar 21 gram.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa panjang
dari jejenum ayam berada dibawah kisaran normal, sementara berat
dari jejenum berada diatas kisaran normal. Usman (2010) menyatakan
bahwa hal ini disebabkan karena aktivitas, banyaknya pakan yang dikonsumsi,
perbedaan umur ayam dan ukuran tubuh. Secara langsung panjang dan
berat jejenum berpengaruh terhadap kondisi fisiologis ayam karena
berkaitan dengan proses penyerapan/absorbsi nutrien.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan didapatkan panjangileum ayam 73 cm danberat 17,8 gram. Usman (2010) menyatakan
bahwa ileummemiliki panjang 32 cm dan berat 15 gram. Berdasarkan hasil
praktikum diketahui bahwa panjang ileum melebihi panjang kisaran normal dan
berat ileumkurang dari kisaran normal. Usman (2010) menyatakan bahwa hal ini
disebabkan karena aktivitas, benyaknya pakan yang dikonsumsi, perbedaan umur
ayam dan ukuran tubuh. Semakin besarnya ukuran ileum
menyebabkanpenyerapan menjadi tinggi dan
diiringi produksi yang tinggi, sedangkan semakin pendek
ukurannya maka dapat menyebabkan perfoma ayam menurun.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan didapatkan panjangcoecum ayam 14 cm danberat 8,9 gram. Suprijatna et
al., (2005) menyatakan bahwa dalam keadaan normal,
panjang setiap ceca 6 inci atau 15 cm. Usman (2010)
menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan perbedaan panjang dan
berat coecum adalah karena perbedaan ukuran tubuh, umur, dan
kemampuan coecum dalam mencerna serat
kasar.Ukuran coecum yang diatas rata-rata menyebabkan pencernaan
serat kasarmenjadi tinggi, tingginya pencernaan serat kasar berakibat pada
tingkat produksinya.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan didapatkan berat hati ayam39,5 gram. Tarigan et al.,
(2013) menyatakan bahwapersentase berat hati normal
ayam adalah 1,70 sampai 2,80 % dari berat ayamatau sekitar 22
sampai 37 gram. Bobot hati meningkat dipengaruhi oleh jumlah penyerapan nutrien
dan kandungan serat kasar (Suprijatna et al., 2005).Sulistyoningsih (2015)
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi bobot hati adalah bobot tubuh,
spesies, jenis kelamin, umur, dan bakteri
patogen. Usman (2010) menyatakan bahwa semakin besar ukuran
hati, menunjukkan semakin banyak racun yang terdapat pada tubuh ayam. Hati
berfungsi sebagai organ penyaring racun yang ada di dalam tubuh. Semakin
panjang dan besar ukuran hati pada ayam, maka semakin tinggi tingkat kerja hati
dalam proses detoksifikasi senyawa toksik yang terdapat pada tubuh ternak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
didapatkan berat pankreas 3 gram. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa bobot
pankreas berkisar antara 2 sampai 4,5 gram. Berdasarkan literatur diketahui
bahwa pankreas pada ayam dalam kondisi normal. Perbedaan bobot pankreas
disebabkan oleh jenis, umur, besar, aktivitas hewan dan juga sekresi enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas (Suprijatna et al., 2005). Berat
pankreas yang meningkat memiliki hubungan yang erat terhadap proses pencernaan
terhadap makanan (Suprijatna et al., 2005). Kusmayadi (2004)
menjelaskan bahwa pengaruh atau efek dari bobotpancreas yang
relatifsama yaitu aktivitas kerja pancreas sebagai pensekresi
enzim-enzim pencernaan dalam tubuh dapat berjalan lancar. Penyakit yang
menyerang pancreas dapat merusak jaringan parenkim sehingga
mengurangi produksi tripsin, steapsin, dan amylopsin yang diperlukan pada
pencernaan zat-zat telur, lemak, dan pati.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan
diketahui bahwa berat limfa ayam3,3 gram. Resnawati (2010) menyatakan bahwa
bobot dari limfa ayam adalah sekitar 0,14 sampai 0,17 persen dari berat badan
atau sekitar 2 gram. Berdasarkan literatur diketahui bahwa berat limfa pada
ayam berada pada kondisi tidak normal. Perbedaan bobot limfa disebabkan olehtingkat
pertumbuhan, jenis kelamin, strain ayam dan lingkungan (Resnawati,
2010). Limfa terletak dekat rempela dalam rongga perut yang berperan sebagai
penyimpan sel-sel darah merah, oleh karena itu perbedaan ukuran dari kisaran
normal sangat mempengaruhi kondisi fisik ayam (Resnawati, 2010).
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum ini didapatkan juga berat empedu 17 gr, berat
jantung 9,2 gr, berat proventriculus 8,5 gr, lemak jantung 0,5 gr, lemak
gizzard 7,4 gr, berat kaki 71,6 gr, berat kepala 95,4 gr, panjang rectum 11 cm
warna paha 2.3 , dan warna karkas 2.3.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) sistem pencernaan pada ternak unggas yaitu
organ dalam pada ternak unggas terdiri dari dua bagian, yaitu alat pencernaan
dan organ tambahan.Alat pencernaan pada ternak unggas terdiri dari
mulut, oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, duodenum, jejunum,
ilieum, coecum, usus besar, dan kloaka.Adapun organ tambahan pada
ternak unggas terdiri dari hati, pankreas, dan kantung empedu.
2) Karkas adalah bagian dari tubuh unggas tanpa
darah, bulu, leher, kepala, kaki dan organ dalam.
5.2
Saran
Agar pratikum selanjutnya dapat memperhatikan data
agar lebih akurat dan lakukan pratikum dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Amrullah. I. K. 2006.
Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler.Lembaga Satu Gunungbudi
IPB. Bogor.
IPB. Bogor.
Hamsah. 2013. Respon
Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras Pedaging.Universitas Hasanuddin, Makassar.
Murtidjo, B.A. 1991. Mengelola
Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1994.
Makanan Ayam Broiler. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Resnawati, H. 2010. Bobot
Organ-Organ Tubuh Pada Ayam Pedaging Yang Diberi Pakan Mengandung Minyak Biji
Saga. Jurnal Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor.
Sari, M.L dan F Gurki N Ginting. 2012. Pengaruh Penambahan Enzim Fitase Pada Ransum terhadap Berat
Relatif Organ Pencernaan Ayam Broiler. Jurnal Agripet Universitas
Sriwijaya. Palembang
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005.
Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E., Dulatip Natawihardia. 2005. Pertumbuhan Organ Reproduksi Ayam Ras
Petelur Dan Dampaknya Terhadap Performans Produksi Telur Akibat Pemberian
Ransum Dengan Taraf Protein Berbeda Saat Periode Pertumbuhan. Jurnal Ilmiah
Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.
Sulistyoningsih, Mei. 2015. Pengaruh variasi herbal terhadap organ dalam broiler. Seminar
Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.hlm 93-97.
Sutiyono. 2001.Pelatihan
usaha penangkaran dan inseminasi buatan ayam bekisar dalam rangka pengelolaan
sumber daya hutan bersama masyarakat. Semarang.
Tarigan, Ronstarci., O. Sjofjian., and I. H. Djunaidi.
2013.
Pengaruhpenambahan probiotik selulolitik dalam pakan terhadap kualitas karkas,
lemak abdominal dan berat organ dalam ayam pedaging.
UniversitasBrawijaya. Malang.
Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui Sistem Pencernannya) Yang Diberi
Pakan Nabati Dan Komersial Dengan Penambahan Dysapro. Institute Pertanian
Bogor. Bogor.
Widianingsih, M. N. 2008. Persentase organ dalam broiler yang diberi ransum crumble berperekat
onggok, bentonit, dan tapioca. Institut Pertanian Bogor.10-20.
Wihandoyo, J. H. P. Sidodolog, H. Sasongko, S. Sudaryati
dan Tri Yuwanta. 2008. Ilmu Ternak
Unggas. Bahan Ajar Lab. Ternak Unggas Bagian Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yoder, C. A., J. K. Graham, and L. A. Miller. 2009. Molecular Effect of Nicarbazin on Avian
Reproduction. National Wildlife Research.Colorado State University.
LAMPIRAN




Tidak ada komentar:
Posting Komentar