Rabu, 21 Agustus 2019

LAPORANPRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS


LAPORANPRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK UNGGAS


Nama                                       : Andrean Chandra Sianturi
NPM                                       : E1C017100
Hari/Tanggal                           : Sabtu, 5 Mei 2019
Dosen Pembimbing                 : 1. Prof. Dr. agt. Ir. Johan Setianto
  2. Dr. Ir. BasyarudinZain, MP
                                    Asisten Pembimbing   :             1. M. Novan Hardani
 2. Pandu Armas Dikauri



                                                                          

PROGRAM STUDI PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019

KATA PENGANTAR


Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja praktek ini. Dengan selesainya laporan praktikum Manajemen ternak unggas ini, kami para mahasiswa dapat berkompetensi dan menambah wawasan untuk dapat mengembangkan peternakan khususnya dibidang ternak unggas.
            Mata kuliah Manajementernak unggas merupakan mata kuliah wajib jurusan peternakan yang di tawarkan pada semester 3 (tiga) yang berbobot 3 (2-1) sks dengan 1(satu) sks merupakan praktikum yang wajib dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.
            Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu jalannya praktikum ini:
  1. Kepada Bapak Prof. Dr. agt. Ir. Johan Setianto dan Dr. Ir. BasyarudinZain, MPselaku Dosen Pengajar  matakuliah Manajemen ternak unggas.
  2. KepadaM. Novan Hardani danPandu Armas Dikauri selaku Co.Ass Praktikum Manajemen ternak unggas.
  3. Rekan-rekan satu kelompok atas kerja samanya.
Saya menyadari bahwa dalam Penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu saya perlu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan agar lebih baik ke depannya.


                                                                Bengkulu,      Mei 2019


Andrean C Sianturi



DAFTAR ISI







BAB I

PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang

Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum berasal dari ayam hutan dan itik liar, yang ditangkap dan dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras merupakan hasil rekayasa genetik (persilangan/hasil pemuliaan) yang telah didomestikasikan sebagai ayam petelur maupun ayam pedaging. Kondisi ini dilakukan berdasarkan karakter-karakter (sifat-sifat dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam petelur yang baik akan dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu.
Produksi telur ayam sangat dipengaruhi oleh faktor pemberian ransum (feeding), pembibitan (breeding), dan sistem pemeliharaan ayam ras petelur (manajemen). Ayam ras petelur yang dipelihara dengan manajemen pemeliharaan yang baik, maka ayam akan mulai berproduksi pada umur 20-72 minggu. Manajemen pemeliharaan yang baik dimulai dari pemeliharaan fase awal (starter), pembesaran (grower/pullet), dan fase petelur (layer) sampai afkir.
Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang sesuai, kita perlu memperhatikan manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal usulnya ternak, vaksinasi dan sebagainya. Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Kunci utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik, yaitu persiapan awal, terutama pada fase persiapan kandang, fase starter, grower dan layer serta didukung dengan manajemen sistem recording baik.
Dengan adanya penulisan ini, di harapkan kepada mahasiswa ataupun peternak ayam petelur yang baru memulai usaha mendapatkan masukan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi secara optimal.

1.2.            Tujuan praktikum

1.      Mahasiswa dapat mengetahui cara memanajemen ternak unggas  dengan baik.
2.      Mahasiswa mengetahui cara memanajemen kandang, pakan, kesehatan,  produksinya dan pemasarannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Tipe ayam petelur ada dua, yaitu tipe ringan dan tipe sedang. Ayam tipe ringan khusus di kembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping, kecil, mata bersinar, dan bercengger merah darah. Ayam tipe ini di pelihara untuk di ambil telurnya sehingga bentuk ayam ini relatif kecil apabila di bandingkan dengan ayam tipe medium. Ayam tipe medium di kembangkan untuk produksi telur dan di ambil dagingnya sehingga ayam ini memiliki bobot badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994)
 Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe, yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun) efisiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna.,2008).
Prinsip dasar pembuatan kandang ayam petelur harus di perhatikan untuk menghadapi beberapa perubahan lingkungan di lapangan. Beberapa prinsip dasar tersebut antara lain sirkulasi udara di peternakan, kandang cukup sinar matahari pagi dan jangan sampai terkena sinar matahari sepanjang masa, permukaan lahan peternakan, sebaiknya kandang di bangun dengan sistim terbuka agar hembusan angin dapat memberikan kesegaran di dalam kandang (Rasyaf, 1994).
Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar kandang 12 m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation. Jika ventilasi kurang baik, amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam, menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing untuk ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan, tujuannya untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram, dan memperlambat molting (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Bentuk atap mempengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang, dan sebaliknya. Oleh karena itu atap harus sesuai dengan penggunaan kandang dan fase pemeliharaan ayam. Kandang yang mempunyai tipe atap A, ruangan kandang dalam lebih panas dari pada kandang tipe monitor. Kandang tipe A cocok untuk pemeliharaan ayam fase starter yang butuh keadaan lebih hangat (Sudarmono, 2003).
Kandungan energi pakan ayam perlu memperhatikan kandungan nutrien, meskipun energi terpenuhi tetapi apabila kebutuhan nutrien lainnya belum terpenuhi sesuai kebutuhan ternak maka efisiensi penggunaan pakan rendah. Untuk membuat formulasi ransum harus memperhatikan kandungan energi dan lain – lainya (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005). Pengaruh konsumsi pakan terhadap kandungan protein ransum ayam petelur sangat penting. Selain tipe ayam, suhu lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan ayam banyak minum dan menguranggi konsumsi pakan. Akibat dari hal tersebut protein yang masuk ke dalam tubuh ayam hanya sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut maka ransum ayam petelur di indonesia harus mengandung protein yang tinggi (Rasyaf, 1994).
  Vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali harus dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif. Kesehatan ayam harus baik pada saat pemberian vaksin. Dua hari sebelum vaksin ayam perlu di beri vitamin ekstra seperti vita strong dan vita chik selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian antibiotik dan vaksinasi dapat mencegah stess dan efek samping yang merugukan (Yahya, 1980).
Menurut (Matitaputy, 2006), bahwa segi-segi manajemen pemeliharaan ayam petelur yang baik dan ekonomis serta memenuhi syarat untuk mendapakan hasil yang optimal akan coba kita uraikan dalam bahasan sebagai berikut antara lain ialah:
·         Syarat-syarat sebagai peternak ayam:
1.        Pemilihan bibit (breeding),
2.         Cara-cara pemberian pakan (feeding),
3.         Tatalaksana yang betul (manajemen),
4.        Pencegahan dan pemberantasan penyakit (sanitasi),
5.        Serta bisa menciptakan pemasarannya (marketing).
Manajemen pemberian pakan ayam petelur harus diperhatikan kandungan PK dan EM sesuai dengan kebutuhan (umur ayam, produksi telur, dan konsumsi pakan). Kandungan energi pakan yang diberikan tidak terlalu rendah karena akan berdampak pada peningkatan FCR dan penurunan efisiensi. Harms et al., (2000) menyatakan bahwa energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan terjadi penurunan konsumsi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan. Kebutuhan PK dan EM fase layer pada berbagai tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 1
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoSkh8b7COdI51-UrnRnX5j3IqzvHisCKZkPfGFMQlf2lu4Cj83Q4ldgpj8jQZK5q5QN0uJvxkfOcFGnJ7M2_4pB87WHThUug9hNlM3Rh8_5qFjfaGx0-zhXNKzLQeyntY2qt-du0diwE/s1600/5.png

 

 Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan atauedible (Tillman et al., 1998). Bentuk fisik pakan ada beberapa macam, yaitu mash and limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara keempat macam bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi dan lebih tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah tengik, dan sering menyebabkan kanibalisme yang tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Pakan untuk ayam petelur umur 0 – 6 minggu (fase starter) sebaiknya menggunakan pakan jadi buatan pabrik yang memiliki komposisi pakan yang tepat dan tekstur halus, sedangkan untuk fase grower dan layer dapat digunakan pakan hasil formulasi sendiri (Murtidjo, B. A. 1987).
Penyakit yang sering menyerang ayam secara umum dapat di kelompokkan menjadi beberapa macam yaitu di sebabkan karena stres (cekaman), defisiensi zat makanan, parasit penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus dan penyakit karena cendawan (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005).
Penyebab penyakit biasanya berkaitan dengan stres (cekaman). Stres di sebabkan karena beberapa vaktor dari lingkungan dan dari manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Diantara faktor penyebab stres yaitu kedinginan, ventilasi yang buruk, populasi yang tinggi, tidak cukup pakan dan minum dan pengobatan yang berlebihan. Apabila foktor tersebut bisa di minimalisir maka kemungkinan stres sangat kecil (Akoso, 1993).
Penyakit infeksius ada yang kontagius maupun non kontagius. Penyakit kontagius adalah penyakit yang langsung di transmisi dari individu atau flock kepada individu atau flock lain. Penyakit infeksius adalah penyakit yang di sebabkan oleh organisme hidup. Sebagian besar penyakit infeksi unggas adalah kontagius, seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia dan fungi. Sementara beberapa penyakit infeksi tidak kontagius seperti aspergilosis (Sujiono hadi dan Setiawan, 2002).

BAB III

METODOLOGI

Waktu praktikum pada hari dan tanggal, minggu05 Mei 2019.
            Tempat di laksanakannya praktikum yaitu di jalanlintasPondokKubang-SimpangKroya, DusunBaru I, PondokKubang, Bengkulu Tengah.

3.2.Alat dan Bahan

1.      Alat tulis
2.      Kuisioner
3.      Kamera/ Handphone untuk mengambil gambar

3.3. Materi

1.      Lokasi dan kandang
2.      Manajemen pemeliharaan
3.      Brooding
4.      Priode pemeliharaan yaitu stater,grower,layerndan finisher
5.      Penyakit
6.      Manajemen pakan
7.      Produksi dan penjualan

3.4. Cara Kerja

1.      Mengamati ayam petelur yang berada di dalam kandang.
2.      Mencatat hasil tanya jawab dengan pemilik peternakan ayam petelur ke kuisioner yang telah dissediakan.
3.      Mendokumentasikan ternak yang diamati dan pakan beserta obat-obat yang di gunakan.



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Nama : Tarmizi (karyawan).
Umur : 33 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Pendidikan Terakhir : SLTP.
Awal beternak : 2014.
Lama Berternak : 5 tahun.
Pola usaha : Pribadi.
Jenis ayam : Ayam petelur.
Asal bibit : Lampung.
Modal bibit : 10.530 ekor.
Biaya kandang : 180 juta.
Awal populasi beternak : 1500 ekor.
Populasi ternak sekarang : 6000 ekor.
Produksi harian telur : 2500-3000 butir/hari.
Harga telur : Rp.40.000/karpet.
Penanggulangan penyakit dengan apa aja : Diberi obat ( Dolsherin).
Proses pemasaran : 1. Telur : Dijual : Rp.40.000/karpet.
 2. Ayam afkir : Rp.50.000/ekor.
  3. Kompos : Dijual 10 ribu/25 kg.
Tipe kandang : Layer tipe W dan V.
Pakan : Dedak, jagung dan konsentrat (50:30:15) =  Rp.480.000x12 karpet/3 hari.
Biaya pekerja : Rp.1.800.000/bulan/orang ( 3 orang pekerja dan 1 orang tukang sortir).
Biaya produksi : 1. Transpotasi : Tidak diperhitungkan
2. Listrik : Rp.600.000
Keuntungan : Rp.73.919.500
            Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum berasal dari ayam hutan dan itik liar, yang ditangkap dan dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras merupakan hasil rekayasa genetik (persilangan/hasil pemuliaan) yang telah didomestikasikan sebagai ayam petelur maupun ayam pedaging. Kondisi ini dilakukan berdasarkan karakter-karakter (sifat-sifat dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam petelur yang baik akan dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu.
Menurut Rasyaf, 1994 prinsip dasar pembuatan kandang ayam petelur harus di perhatikan untuk menghadapi beberapa perubahan lingkungan di lapangan. Beberapa prinsip dasar tersebut antara lain sirkulasi udara di peternakan, kandang cukup sinar matahari pagi dan jangan sampai terkena sinar matahari sepanjang masa, permukaan lahan peternakan, sebaiknya kandang di bangun dengan sistim terbuka agar hembusan angin dapat memberikan kesegaran di dalam kandang. Pada kunjungan peternakan ayam yang kami datangi tipe kandang yang digunakan adalah tipe layer W dan V.
Menurut Yahya, 1980 vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali harus dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif. Kesehatan ayam harus baik pada saat pemberian vaksin. Dua hari sebelum vaksin ayam perlu di beri vitamin ekstra seperti vita strong dan vita chik selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian antibiotik dan vaksinasi dapat mencegah stess dan efek samping.

Menurut Suprijatno dan Atmomarsono, 2005 penyakit yang sering menyerang ayam secara umum dapat di kelompokkan menjadi beberapa macam yaitu di sebabkan karena stres (cekaman), defisiensi zat makanan, parasit penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus dan penyakit karena cendawan. Penyakit yang dialami oleh ayam milik peternakan yang kami kunjungi adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan parasit lainnya, dan penanganan utama yang dilakukan adalah dengan penggunaa desikfektan.

4.2. Biaya Pengeluaran

Analisa usaha peternakan ayam  petelur yang kami kunjungi yaitu :
 A. Biaya pengeluaran
1. Biaya pembuatan kandang 180 juta
2. Peralatan
1) Listrik Rp.600.000/bulan
2) Pakan Rp.480.000 x 12 karpet/3hari = 5.760.000
3. Obat obatan
1) Vaksin ND Rp 92.200
2) Antibiotik Rp 134.400
3) Desinfektan  31.500 X 3 Rp 94.500

4. Upah tenaga kerja Rp.1.800.000 x 4 0rang = 7.200.000/bulan
Jumlah biaya pengeluaran Rp 13.880.500

 B. Pendapatan
1. Produksi telur 2500 x Rp.1.100 x 30 hari =82.500.000
2. Ayam afkir Rp.50.000 x 100 ekor/bulan =5.000.000
3. Kompos Rp10.000 x 25kg/hari x 30 hari = 300.000
Jumlah biaya pendapatan yaitu sekitar Rp. 87.800.000

4.3. Hasil Penjualan

Jumlah total ayam yang dipelihara 6000ekor danjumlah produksi telursetiap hari mencapai 2500-3000 butir/ hari. Harga jual telur yaitu denganharga Rp40. 000/karpet jadi satu butir sekitar Rp 1.100 .Sedangkan untukayam yang sudahafkirdijualdenganhargaRp 50.000/ekor. Terakhir hasil penjualan yang dihasilkan yaitu penjuaan kompos, kompos pemilik ayam menjulanya dengan harga Rp.10.000/25 kg.

4.4. Keuntungan

 Pendapatan
1. Produksi telur 2500 x Rp.1.100 x 30 hari = 82.500.000
2. Ayam afkir Rp.50.000 x 100 ekor/bulan = 5.000.000
3. Kompos Rp10.000 x 25kg/hari x 30 hari = 300.000
Jumlah biaya pendapatan yaitu sekitar Rp. 87.800.000 - Jumlah biaya pengeluaran Rp 13.880.500
=  Rp 73.919.500

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1.      Dalambeternakunggasharusmelakukanmanajemen yang baik agar produksi yang di hasilkandapatmemuaskan.
2.      Manajemen yang harusperhatikanyaitumanajemenpakan, penyakit, kandang, pertumbuhandanpemasaran

5.2. Saran

1.      Pelaksanaan praktikum yang dilakukan sebaiknya  mahasiswa lebih berperan  akti  lagi.
2.      Mahasiswa  seharusnya lebih memperhatikan  materi yang didapatkan di lapangan langsung, agar dapat memahami dan mengaplikasikannya.

DAFTAR PUSTAKA


Akoso, 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Harms, R.H., G.B. Russel, dan D.R. Sloan. 2000. Performance of four strains pf commercial layers with major changes in dietary energy. Journal of Applied Poultry Research 9: 535 – 541.
Hy-Line International. 2010. Hy-Line Brown Intensive Systems Performance Standards. http://www.hyline.com/redbook/performance. Diakses pada tanggal 28 November 2015.
Kartasudjana dan Suprijatna, 2006. ManajemenTernakunggas. Penebar
Kartasudjana dan Suprijatna, 2006. ManajemenTernakUnggas. Penebar
Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Rasyaf, 1994. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmono, A. S. 2003. PedomanPemeliharaanAyamRasPetelur. Jakarta: PenebarSwadaya..
Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Sujiono, H. dan Setiawan, 2002. Ayam Kampung Petelur. Penebar Swadaya. Yogyakata.
Suprijatna, E., U.dkk. 2008. IlmuDasarTernakUnggas.Jakarta:PenerbitPenebarSwadaya. Jakarta.
 Swadaya. Jakarta.
Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., S. Lebdosoekoso. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yahya, Drs., 1980. Ayam Sehat Ayam Produktif. I. Bandung.



LAMPIRAN














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONGDAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN)

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONGDAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN) Oleh: Nama : Andrean Sian...