LAPORANPRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

Nama : Andrean Chandra Sianturi
NPM : E1C017100
Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2019
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. agt. Ir. Johan Setianto
2. Dr. Ir. BasyarudinZain, MP
Asisten Pembimbing : 1. M. Novan Hardani
2. Pandu Armas Dikauri
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja
praktek ini. Dengan selesainya laporan praktikum Manajemen ternak unggas ini,
kami para mahasiswa dapat berkompetensi dan menambah wawasan untuk dapat mengembangkan
peternakan khususnya dibidang ternak unggas.
Mata kuliah Manajementernak unggas merupakan
mata kuliah wajib jurusan peternakan yang di tawarkan pada semester 3 (tiga)
yang berbobot 3 (2-1) sks dengan 1(satu) sks merupakan praktikum yang wajib
dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.
Ucapan terimakasih saya sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu jalannya praktikum ini:
- Kepada Bapak Prof. Dr. agt. Ir. Johan Setianto dan Dr.
Ir. BasyarudinZain, MPselaku Dosen Pengajar matakuliah Manajemen ternak unggas.
- KepadaM. Novan Hardani danPandu Armas Dikauri selaku Co.Ass Praktikum Manajemen ternak
unggas.
- Rekan-rekan satu kelompok atas
kerja samanya.
Saya menyadari bahwa dalam Penyusunan laporan
praktikum ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu saya perlu kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan agar lebih baik ke
depannya.
Bengkulu, Mei 2019
Andrean C Sianturi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Ayam petelur merupakan ayam yang
dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum
berasal dari ayam hutan dan itik liar, yang ditangkap dan dipelihara untuk
diambil telurnya. Ayam ras merupakan hasil rekayasa genetik (persilangan/hasil
pemuliaan) yang telah didomestikasikan sebagai ayam petelur maupun ayam
pedaging. Kondisi ini dilakukan berdasarkan karakter-karakter (sifat-sifat
dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia.
Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang
optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam petelur
yang baik akan dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu.
Produksi telur ayam sangat dipengaruhi
oleh faktor pemberian ransum (feeding), pembibitan (breeding), dan sistem
pemeliharaan ayam ras petelur (manajemen). Ayam ras petelur yang dipelihara
dengan manajemen pemeliharaan yang baik, maka ayam akan mulai berproduksi pada
umur 20-72 minggu. Manajemen pemeliharaan yang baik dimulai dari pemeliharaan
fase awal (starter), pembesaran (grower/pullet), dan fase petelur (layer)
sampai afkir.
Dalam beternak dan mendapatkan hasil
yang sesuai, kita perlu memperhatikan manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai
dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal
usulnya ternak, vaksinasi dan sebagainya. Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan
penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Kunci utama untuk
mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik, yaitu persiapan awal,
terutama pada fase persiapan kandang, fase starter, grower dan layer serta
didukung dengan manajemen sistem recording baik.
Dengan adanya penulisan ini, di harapkan
kepada mahasiswa ataupun peternak ayam petelur yang baru memulai usaha
mendapatkan masukan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi secara optimal.
1.2.
Tujuan
praktikum
1. Mahasiswa
dapat mengetahui cara memanajemen ternak unggas
dengan baik.
2. Mahasiswa
mengetahui cara memanajemen kandang, pakan, kesehatan, produksinya dan pemasarannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tipe
ayam petelur ada dua, yaitu tipe ringan dan tipe sedang. Ayam tipe ringan
khusus di kembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping,
kecil, mata bersinar, dan bercengger merah darah. Ayam tipe ini di pelihara
untuk di ambil telurnya sehingga bentuk ayam ini relatif kecil apabila di
bandingkan dengan ayam tipe medium. Ayam tipe medium di kembangkan untuk
produksi telur dan di ambil dagingnya sehingga ayam ini memiliki bobot badan
lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994)
Ayam
ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan
pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada
dua tipe, yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam tipe petelur memiliki
karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk
tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu
produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun) efisiensi dalam penggunaan ransum
untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna.,2008).
Prinsip
dasar pembuatan kandang ayam petelur harus di perhatikan untuk menghadapi
beberapa perubahan lingkungan di lapangan. Beberapa prinsip dasar tersebut
antara lain sirkulasi udara di peternakan, kandang cukup sinar matahari pagi
dan jangan sampai terkena sinar matahari sepanjang masa, permukaan lahan
peternakan, sebaiknya kandang di bangun dengan sistim terbuka agar hembusan
angin dapat memberikan kesegaran di dalam kandang (Rasyaf, 1994).
Lebar bangunan kandang untuk ayam
petelur saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka,
jika lebar kandang 12 m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation. Jika
ventilasi kurang baik, amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam,
menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing untuk
ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per
hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan,
tujuannya untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa kelamin,
mengurangi sifat mengeram, dan memperlambat molting (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006).
Bentuk atap mempengaruhi sirkulasi udara
dari luar kandang ke dalam kandang, dan sebaliknya. Oleh karena itu atap harus
sesuai dengan penggunaan kandang dan fase pemeliharaan ayam. Kandang yang
mempunyai tipe atap A, ruangan kandang dalam lebih panas dari pada kandang tipe
monitor. Kandang tipe A cocok untuk pemeliharaan ayam fase starter yang butuh
keadaan lebih hangat (Sudarmono, 2003).
Kandungan energi pakan ayam perlu
memperhatikan kandungan nutrien, meskipun energi terpenuhi tetapi apabila
kebutuhan nutrien lainnya belum terpenuhi sesuai kebutuhan ternak maka
efisiensi penggunaan pakan rendah. Untuk membuat formulasi ransum harus
memperhatikan kandungan energi dan lain – lainya (Suprijatno dan Atmomarsono,
2005). Pengaruh konsumsi pakan terhadap kandungan protein ransum ayam petelur
sangat penting. Selain tipe ayam, suhu lingkungan juga sangat berpengaruh
terhadap konsumsi ransum. Suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan ayam
banyak minum dan menguranggi konsumsi pakan. Akibat dari hal tersebut protein
yang masuk ke dalam tubuh ayam hanya sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut maka
ransum ayam petelur di indonesia harus mengandung protein yang tinggi (Rasyaf,
1994).
Vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali harus dilakukan
yaitu dengan vaksin in aktif. Kesehatan ayam harus baik pada saat pemberian
vaksin. Dua hari sebelum vaksin ayam perlu di beri vitamin ekstra seperti vita
strong dan vita chik selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian antibiotik
dan vaksinasi dapat mencegah stess dan efek samping yang merugukan (Yahya,
1980).
Menurut
(Matitaputy, 2006), bahwa segi-segi manajemen pemeliharaan ayam petelur yang
baik dan ekonomis serta memenuhi syarat untuk mendapakan hasil yang optimal
akan coba kita uraikan dalam bahasan sebagai berikut antara lain ialah:
·
Syarat-syarat sebagai
peternak ayam:
1.
Pemilihan bibit (breeding),
2.
Cara-cara
pemberian pakan (feeding),
3.
Tatalaksana yang
betul (manajemen),
4.
Pencegahan dan
pemberantasan penyakit (sanitasi),
5.
Serta bisa menciptakan
pemasarannya (marketing).
Manajemen
pemberian pakan ayam petelur harus diperhatikan kandungan PK dan EM sesuai
dengan kebutuhan (umur ayam, produksi telur, dan konsumsi pakan). Kandungan
energi pakan yang diberikan tidak terlalu rendah karena akan berdampak pada
peningkatan FCR dan penurunan efisiensi. Harms et al., (2000) menyatakan bahwa
energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2600 kkal), konsumsi
pakan lebih banyak. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan terjadi penurunan
konsumsi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang
dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan. Kebutuhan PK dan EM fase
layer pada berbagai tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 1
![]() |
Bahan
pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara
umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan atauedible (Tillman et
al., 1998).
Bentuk fisik pakan ada beberapa macam, yaitu mash and limited
grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all mash (bentuk
tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran sama), crumble (bentuk
butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara keempat macam bentuk
tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi
dan lebih tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung
digunakan untuk tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah
tengik, dan sering menyebabkan kanibalisme yang tinggi (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006). Pakan untuk ayam petelur umur 0 – 6 minggu (fase starter)
sebaiknya menggunakan pakan jadi buatan pabrik yang memiliki komposisi pakan
yang tepat dan tekstur halus, sedangkan untuk fase grower dan layer dapat
digunakan pakan hasil formulasi sendiri (Murtidjo, B. A. 1987).
Penyakit
yang sering menyerang ayam secara umum dapat di kelompokkan menjadi beberapa
macam yaitu di sebabkan karena stres (cekaman), defisiensi zat makanan, parasit
penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus dan
penyakit karena cendawan (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005).
Penyebab
penyakit biasanya berkaitan dengan stres (cekaman). Stres di sebabkan karena
beberapa vaktor dari lingkungan dan dari manajemen pemeliharaan yang kurang
baik. Diantara faktor penyebab stres yaitu kedinginan, ventilasi yang buruk,
populasi yang tinggi, tidak cukup pakan dan minum dan pengobatan yang
berlebihan. Apabila foktor tersebut bisa di minimalisir maka kemungkinan stres
sangat kecil (Akoso, 1993).
Penyakit
infeksius ada yang kontagius maupun non kontagius. Penyakit kontagius adalah
penyakit yang langsung di transmisi dari individu atau flock kepada individu
atau flock lain. Penyakit infeksius adalah penyakit yang di sebabkan oleh
organisme hidup. Sebagian besar penyakit infeksi unggas adalah kontagius,
seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia dan fungi. Sementara beberapa
penyakit infeksi tidak kontagius seperti aspergilosis (Sujiono hadi dan
Setiawan, 2002).
BAB III
METODOLOGI
Waktu praktikum pada
hari dan tanggal, minggu05
Mei 2019.
Tempat
di laksanakannya praktikum yaitu di
jalanlintasPondokKubang-SimpangKroya, DusunBaru I, PondokKubang, Bengkulu
Tengah.
3.2.Alat dan Bahan
1.
Alat tulis
2.
Kuisioner
3.
Kamera/ Handphone untuk
mengambil gambar
3.3. Materi
1. Lokasi
dan kandang
2. Manajemen
pemeliharaan
3. Brooding
4. Priode
pemeliharaan yaitu stater,grower,layerndan finisher
5. Penyakit
6. Manajemen
pakan
7. Produksi
dan penjualan
3.4. Cara Kerja
1. Mengamati ayam
petelur yang berada di dalam kandang.
2. Mencatat
hasil tanya jawab dengan pemilik peternakan ayam petelur ke kuisioner yang telah
dissediakan.
3. Mendokumentasikan
ternak yang diamati dan pakan beserta obat-obat yang di gunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Nama
: Tarmizi (karyawan).
Umur
: 33 tahun.
Jenis
kelamin : Laki-laki.
Pendidikan
Terakhir : SLTP.
Awal
beternak : 2014.
Lama
Berternak : 5 tahun.
Pola
usaha : Pribadi.
Jenis
ayam : Ayam petelur.
Asal
bibit : Lampung.
Modal
bibit : 10.530 ekor.
Biaya
kandang : 180 juta.
Awal
populasi beternak : 1500 ekor.
Populasi
ternak sekarang : 6000 ekor.
Produksi
harian telur : 2500-3000 butir/hari.
Harga
telur : Rp.40.000/karpet.
Penanggulangan
penyakit dengan apa aja : Diberi obat ( Dolsherin).
Proses
pemasaran : 1. Telur : Dijual : Rp.40.000/karpet.
2. Ayam afkir : Rp.50.000/ekor.
3. Kompos : Dijual 10 ribu/25 kg.
Tipe
kandang : Layer tipe W dan V.
Pakan
: Dedak, jagung dan konsentrat (50:30:15) = Rp.480.000x12 karpet/3 hari.
Biaya
pekerja : Rp.1.800.000/bulan/orang ( 3 orang pekerja dan 1 orang tukang
sortir).
Biaya
produksi : 1. Transpotasi : Tidak diperhitungkan
2.
Listrik : Rp.600.000
Keuntungan
: Rp.73.919.500
Ayam petelur merupakan ayam yang
dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum
berasal dari ayam hutan dan itik liar, yang ditangkap dan dipelihara untuk
diambil telurnya. Ayam ras merupakan hasil rekayasa genetik (persilangan/hasil
pemuliaan) yang telah didomestikasikan sebagai ayam petelur maupun ayam
pedaging. Kondisi ini dilakukan berdasarkan karakter-karakter (sifat-sifat
dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia.
Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang
optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam
petelur yang baik akan dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu.
Menurut
Rasyaf, 1994 prinsip dasar pembuatan kandang ayam petelur harus di perhatikan
untuk menghadapi beberapa perubahan lingkungan di lapangan. Beberapa prinsip
dasar tersebut antara lain sirkulasi udara di peternakan, kandang cukup sinar
matahari pagi dan jangan sampai terkena sinar matahari sepanjang masa,
permukaan lahan peternakan, sebaiknya kandang di bangun dengan sistim terbuka
agar hembusan angin dapat memberikan kesegaran di dalam kandang. Pada kunjungan
peternakan ayam yang kami datangi tipe kandang yang digunakan adalah tipe layer
W dan V.
Menurut
Yahya, 1980 vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali harus
dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif. Kesehatan ayam harus baik pada saat
pemberian vaksin. Dua hari sebelum vaksin ayam perlu di beri vitamin ekstra
seperti vita strong dan vita chik selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian
antibiotik dan vaksinasi dapat mencegah stess dan efek samping.
Menurut
Suprijatno dan Atmomarsono, 2005 penyakit yang sering menyerang ayam secara
umum dapat di kelompokkan menjadi beberapa macam yaitu di sebabkan karena stres
(cekaman), defisiensi zat makanan, parasit penyakit karena protozoa, penyakit
karena bakteri, penyakit karena virus dan penyakit karena cendawan. Penyakit
yang dialami oleh ayam milik peternakan yang kami kunjungi adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dan parasit lainnya, dan penanganan utama yang
dilakukan adalah dengan penggunaa desikfektan.
4.2. Biaya Pengeluaran
Analisa
usaha peternakan ayam petelur yang kami
kunjungi yaitu :
A. Biaya pengeluaran
1.
Biaya pembuatan kandang 180 juta
2.
Peralatan
1)
Listrik Rp.600.000/bulan
2)
Pakan Rp.480.000 x 12 karpet/3hari = 5.760.000
3.
Obat obatan
1)
Vaksin ND Rp 92.200
2)
Antibiotik Rp 134.400
3)
Desinfektan 31.500 X 3 Rp 94.500
4.
Upah tenaga kerja Rp.1.800.000 x 4 0rang = 7.200.000/bulan
Jumlah
biaya pengeluaran Rp 13.880.500
B. Pendapatan
1.
Produksi telur 2500 x Rp.1.100 x 30 hari =82.500.000
2.
Ayam afkir Rp.50.000 x 100 ekor/bulan =5.000.000
3.
Kompos Rp10.000 x 25kg/hari x 30 hari = 300.000
Jumlah
biaya pendapatan yaitu sekitar Rp. 87.800.000
4.3. Hasil Penjualan
Jumlah total ayam yang dipelihara
6000ekor danjumlah produksi telursetiap hari mencapai 2500-3000 butir/ hari.
Harga jual telur yaitu denganharga
Rp40. 000/karpet jadi satu butir sekitar Rp 1.100
.Sedangkan untukayam yang sudahafkirdijualdenganhargaRp 50.000/ekor.
Terakhir hasil penjualan yang dihasilkan yaitu penjuaan kompos, kompos pemilik
ayam menjulanya dengan harga Rp.10.000/25 kg.
4.4. Keuntungan
Pendapatan
1.
Produksi telur 2500 x Rp.1.100 x 30 hari = 82.500.000
2.
Ayam afkir Rp.50.000 x 100 ekor/bulan = 5.000.000
3.
Kompos Rp10.000 x 25kg/hari x 30 hari = 300.000
Jumlah
biaya pendapatan yaitu sekitar Rp. 87.800.000 - Jumlah biaya pengeluaran Rp 13.880.500
= Rp 73.919.500
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dalambeternakunggasharusmelakukanmanajemen yang baik
agar produksi yang di hasilkandapatmemuaskan.
2. Manajemen yang harusperhatikanyaitumanajemenpakan,
penyakit, kandang, pertumbuhandanpemasaran
5.2. Saran
1. Pelaksanaan
praktikum yang dilakukan sebaiknya
mahasiswa lebih berperan akti lagi.
2. Mahasiswa seharusnya lebih memperhatikan materi yang didapatkan di lapangan langsung, agar dapat memahami dan
mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, 1993. Manual Kesehatan Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.
Harms, R.H., G.B. Russel, dan D.R.
Sloan. 2000. Performance of four strains
pf commercial layers with major changes in dietary energy. Journal of
Applied Poultry Research 9: 535 – 541.
Hy-Line International. 2010. Hy-Line Brown Intensive Systems Performance
Standards. http://www.hyline.com/redbook/performance.
Diakses pada tanggal 28 November 2015.
Kartasudjana dan Suprijatna, 2006. ManajemenTernakunggas.
Penebar
Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006. ManajemenTernakUnggas. Penebar
Kartasudjana, R dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Rasyaf, 1994. Manajemen Pemeliharaan
Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmono, A. S. 2003. PedomanPemeliharaanAyamRasPetelur. Jakarta: PenebarSwadaya..
Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman
Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Sujiono, H. dan Setiawan, 2002. Ayam
Kampung Petelur. Penebar Swadaya. Yogyakata.
Suprijatna, E., U.dkk. 2008.
IlmuDasarTernakUnggas.Jakarta:PenerbitPenebarSwadaya.
Jakarta.
Swadaya. Jakarta.
Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo., S.
Prawirokusumo., S. Lebdosoekoso. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta:
Gadjah
Mada University Press.
Yahya, Drs., 1980. Ayam Sehat Ayam Produktif. I. Bandung.
LAMPIRAN




Tidak ada komentar:
Posting Komentar