LAPORAN PRAKTIKUM
MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA
DI KANDANG
Oleh:
Andrean Chandra
Sianturi
NIM : E1C017100
Kloter: 5 /6 Kel
Sapi: 1/ Kel. Kambing atau Domba: 1
Jurusan Peternakan – Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
September
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan
kepadaTuhan Yang Maha Esa atasrahmat dan kasihNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum MK.PRODUKSI TERNAK POTONG
DAN KERJA. Dengan selesainya laporan praktikum produksi ternak potong dan kerja
ini, saya selaku mahasiswa peternakan dapat berkompetensi dan menambah wawasan
untuk dapat mengembangkan peternakan.
Ucapan
terimakasihtidaklupa saya sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu berjalannya praktikum ini:
- Kepada Bapak
Ir.Dwatmadji,MSc,Ph.D selaku Dosen Pengampu.
- Kepada semua
kakak-kakak Co.Ass yang telah membimbing saya selama praktikum.
- Kepada rekan-rekan
satu kelompok yaitu kelompok 1 sapi dan kelompok 1domba.
- Kepadaorangtuasaya
yang selalumendukungbaikmelaluimateridandoa.
Saya menyadari
bahwa dalam Pembuatan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu saya perlu kritikan dan saran yang membangun sangat
saya harapkan guna perbaikan agar lebih baik ke depannya.
Bengkulu, Oktober 2018
Andrean
C Sianturi
HALAMAN PENGESAHAN
Sehubungan
dengan penyusunan laporan praktikum MK Produksi Ternak Potong dan Kerja yang
saya ikuti pada semester Ganjil 2017/2008, maka bersama ini saya:
Nama Mahasiswa
|
:
|
Andrean Chandra Sianturi
|
NIM
|
:
|
E1C017100
|
Nama Kelompok
|
:
|
Kloter: 5
Kelompok: Sapi 1
|
|
|
Kloter: 6
Kelompok: Domba 1
|
|
|
|
Menyatakan
bahwa laporan praktikum ini benar-benar saya susun sendiri, dan bukan merupakan
hasil laporan praktikum mahasiswa lain.
Laporan ini
juga sudah saya konsultasikan dengan Asisten Dosen MK. Produksi Ternak Potong
dan Kerja.
Bengkulu, September 2018.
Asisten Dosen, Mahasiswa,
( Megy Angga Reksa ) (
Andrean C Sianturi )
NIM: EIC016021 NIM:
EIC017100
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
A. MATERI
DAN METODE
A.1
Tempat dan Waktu/Jadwal
Tempat
Pelaksanaan praktikum: Central Zona Animal Location Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
Waktu
Pelaksanaan praktikum: Sabtu,
22 September 2018 s.d. Selasa, 02Oktober 2018.
A.2 Ternak Yang Digunakan
A.2.1 Sapi

GAMBAR 1.Gambar Sapi
Pada praktikum kali ini, ternak sapi yang
kami gunakan adalah bangsa Sapi Bali.Sapi Bali merupakan salah
satu jenis sapi asli Indonesia yang mempunyaipotensi besar untuk dikembangkan.
Asal usul Sapi Bali ini adalah banteng (Bos Sondaicus) yang telah mengalami
penjinakanataudomestikasliselamabertahuntahun.Sapi
Balijantandanbetinadilahirkandenganwarnabulumerahbatadengangarishitamsepanjangpunggung
yang disebutgarisbelut.Setelahdewasa,
warnasapijantanberubahmenjadikehitam-hitaman, sedangkanwarnasapibetinarelativetetap.Sapi
Bali tidakberpunuk, keempat kaki danbagianpantatnyaberwarnaputih (Abidin,
2004).
Prediksi atau pendugaanumur ternak sapi
yang kami gunakan adalah 2 sampai 3 tahun.Pendugaanumursapimenggunakangigi sudah sangat dikenal pada masyakat peternak
di Indonesia. Istilah yang biasa dikenal adalah “poel”. ‘Poel”
menunjukkan adanya pergantian gigi ternak, sehingga seberapa banyak tingkat
pergantian gigi bisa menjadi dasar menduga umur ternak. Semakin
banyak gigi yang “poel” maka umur ternak juga semakin tua.Gigi
ternakmengalamierupsidanketerasahansecarakontinyu.Polaerupsigigipadaternak memilikikarakteristiktertentusehinggadapatdigunakanuntukmendugaumurternak.Gerakanmengunyahmakanan
yang dilakukanternakmengakibatkanterasahnyagigi (Heath danOlusanya, 1988).Sapi Bali
yang kami gunakan berjenis kelamin betina dengan
warna merahbatadengan kondisi sehat,jinak, tidak agresif
dan bobot yang telah diketahui 192 kg.
Body
Condition Scoring (BCS) Sapi Bali yang kami gunakanadalah
3.Skor kondisi tubuh merupakan
metode yang digunakan untuk menilai tingkat kegemukan seekor ternak sapi
potong. Dengan melihat skor kondisi maka dapat diketahui baik buruknya
manajemen pemeliharaan yang telah dilakukan oleh peternak. Diagram penilaian
BCS menggunakan angka skala 1 sampai 5. BCS (1= sangat kurus,
2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk, 5=sangat gemuk) (Gafar, 2007) .
A.2.2 Domba

Gambar 2. Gambar Domba
Bangsa dombayang kami
gunakan dalam kegiatan praktikum adalah dombaekor tipis.Domba ekor tipis merupakan
domba asli Indonesia dan di kenal sebagai domba lokal, domba kampung, atau
domba kacang karena tubuhnya yang kecil. Asal-usul domba ini tidak jelas dan
banyak di jumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsentrasi domba ekoir
tipis terbesar terdapat di Propinsi Jawa Barat.Karakteristik domba lokal
diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam, dan
hasil daging relatif sedikit. Pola warna bulunya sangat beragam, dari bercak
putih, cokelat, hitam, hingga warna polos putih dan hitam.
Berdasarkan hasil pengamatan pada gigi domba1 bisa kami prediksikan bahwa umur ternak domba kami berumur
kira-kira 2 tahun.Halterlihat dari gigi seri
permanen kambing yang sudah terdapat dua pasang dibagian paling depan.Domba dewasa memiliki
susunan gigi permanen sebagai berikut : sepasang gigi seri sentral (central
incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang
gigi seri intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner
oncisors) pada rahang bawah, tiga buah gigi premolar pada
rahang atas dan bawah, dan tiga buah gigimolar pada rahang atas dan
bawah (de Lahunta dan Habel, 1986; Edey, 1993; Heat danOlusanya, 1988).
Gigi seri susu pada domba berjumlah 4 pasang
(2DI1, 2DI2, 2DI3, 2DI4). Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki
sepasang gigi seri susu sentral (2DI1), padaumur 1 - 2 minggu terdapat sepasang
gigi seri susu lateral (2DI2 ), pada umur 2 – 3 minggu terdapat sepasang gigi
seri susu intermidial (2DI3), dan pada umur 3 - 4 minggu terdapat sepasang gigi
seri susu sudut (2DI4 ). Pada umur 1 - 1,5 tahun, 2DI1 digantikan oleh sepasang
gigi seri permanen sentral (2I1). Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, 2DI2 digantikan
oleh sepasang gigi seri permanen lateral (2I2). Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, 2DI3
digantikan oleh sepasang gigi seri permanen intermedial (2I3 ). Pada umur 3,5 –
4,0 tahun, 2DI4 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sudut (2I4)
(Frandson, 1993).
A.3 Metode Pengukuran
A.3.1 Paramater Fisiologis
A.3.1.1
Pengukuran Respirasi
1. Mendekati
dan menjinakkan ternak sapi.
2. Meletakkan
salah satu telapak tangan tepat di depan hidung ternak.
3. Menghitungnya
jumlah respirasi ternak selama 30 detik.
4. Mencatat
hasil yang didapatlaludikalidengan
2.
A.1.3.2
Pengukuran Denyut Nadi
1. Menyediakan
alat stetoscope.
2. Mendekati
dan menjinakkan ternak.
3. Meletakan
alat stetoscope bagian nadi ternak, biasanyanaditernaklebihterasadibagianketiak kaki
depandanbagianekorternak.
4. Menghitung
denyut nadi yang terjadi selama 30 menit
5. Mencatat
hasil yang didapatlaludikalidengan
2.
A.3.1.3 Pengukuran Temperatur Rektal
1. Menyediakan
alat pengukur temperatur yaitu termometer.
2. Mendekati
dan menjinakkan ternak.
3. Memasukkan
termometer ke dalam rektum ternak.
4. Menunggu
suhusampaiberhentinaik.
5. Mencatat
hasil suhu yang didapat.
A.3.2 Parameter Produksi
A.3.2.1
Pengukuran Berat Badan Ternak
1. Menyediakan
timbangan terlebih dahulu.
2. Mendekati
dan menjinakkan ternak.
3. Mengeluarkan
ternak dari kandang.
4. Menuntun
dan menaruh ternak diatas timbangan.
5. Melihat
berat yang ditunjukkan oleh timbangan.
6. Mencatat
hasil berat badan yang diperoleh dari ternak.
7. Menurunkan ternak dari timbangan.
8. Mengembalikan
ternak kembalike
dalam kandang.
A.3.2.2
Pengukuran Lingkar Dada
1. Menyediakan
alat pita ukur.
2. Mendeakti
dan menjinakkan ternak.
3. Mendirikan
ternak jika ternak dalam kondisi tidur.
4. Melingkarkan
pita ukur pada bagian dada belakang bahu dan melihat hasil pengukurannya.
5. Mencatat
hasil ukuran lingkar dada di laporan sementara.
A.3.2.3
Pengukuran Panjang Badan
1. Menyediakan
alat ukur.
2. Mendekati
dan menjinakkan ternak.
3. Mendirikan
ternak jika ternak dalam kondisi duduk.
4. Mengukur
jarak dari bahu (scapula) hingga ujung
panggul (procesus spinus) dengan
menggunakan meteran.
5. Mencatat
hasil panjang badan ternak di laporan sementara.
A.3.2.4 Pengukuran Tinggi Badan
1. Menyediakan
alat ukur.
2. Mendekati
dan menjinakkan ternak.
3. Mendirikan
ternak jika ternak dalam kondisi duduk.
4. Mengukur
jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba dengan meteran.
5. Mencatat
hasil tinggi badan ternak di laporan sementara.
A.4. Pakan Ternak
Pakan yang di
berikan kepada ternak adalah pakan hijauan segar berupa rumput-rumputan yang
kami arit bersama-sama sekelompok di sekitaran rumah warga dan perkebunan di Unib Belakang. Makanan hijauan
merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk
daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa
dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar(Edo,
2012).Pakan
yang
akan kami berikan ke sapi dan domba secara adlimitum dan selalu
dicacah terlebih dahulu sebelum diberikan, upaya ini
dilakukan agar ternak tidak tidak kekurangan pakan dan makanan akan
mudah untuk dicerna.
Pakan
hijauan yang kami berikan selalu berbeda-bedajenis setiap harinya antara lain rumput
lapangan(Axonopus core nexus),legum(Fabaceae),rumputgajah(Pennisetum purpureum)dan rumput raja (King grass).Selain pakan
hijauan kami juga memberikan ransum setiap paginya dengan jumlah total 1000 gr.Pemberianransumdisesuiakandengankebutuhan protein
dariternaktersebut, misalkan dengan membuat ransum
dengan campuran klk 40%dan dedak 11%.Kebutuhan protein ternak 17%, ransum yang
diinginakan 1000 gr maka cara meraciknya adalah sbb:


|



KLK 40 %
->
= 0,2 x
1000 gr = 200 gr


Jadi
Kesimpulannya adalah untuk membuat 1000 gr ransum maka komposisinya adalah 800
gr dedak ditambah dengan 200 gr klk.
A.5. Peralatan Pendukung
Pada
praktikum ini, kami menggukan berbagai alat-alat yang menunjang berjalannya
praktikum dengan baik dan lancar. Adapun alat-alat tersebut adalah sebagai
berikut :

Tabel 1. Peralatan Pendukung
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
B.1. Ternak Sapi
B.1.1. Konsumsi pakan
Pada
praktikum ini terdiri dari 4 kelompok dimana masing- masing kelompok mendapat
seekor sapi yang akan dirawat selama lima hari kedepan. Pemberian pakan yang
kami berikan pada ternak sapi yaitu pakan hijauan, konsentrat, dan air minum.
Pada pemberian pakan dan air minum kami lakukan secara ad limitium setiap
harinya, sedangkan pemberiaan konsentrat kami hanya memberikan 1 kg saja setiap
pagi hari. Pemberian konsentrat dilakukan sebelum pemberian pakan hijauan dan
air minum.
Banyak jenis pakan hijauan yang kami
berikan kepada ternak sapi, diantara pakan hijauan yang kami berikan hijauan
yang sering adalah rumput gajah, tetapi jenis rumput ini sangat sulit kami
temukan selama pencariaan pakan sapi.Pakan
dapat digolongkan ke dalam sumber protein, sumber energi dan sumber sumber
serat kasar. Hijauan pakan ternak merupakan sumber serat kasar yang utama
yang berasal dari tanaman yang berwarna hijau. Agar pakan tersebut dapat
bermanfaat bagi ternak untuk menghasilkan suatu produk, pakan harus diketahui
kandungan zat–zat yang terkandung didalamnya seperti air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral (Rasjid 2012).Untuk pemberian konsentrat kami
hanya memberikannya pada saat pagi hari saja, komposisi dari konsentrat terdiri
dari klk dan dedak.
Dibawah
ini adalah tabel pemberian, konsumsi, dan sisa dari pakan hijauan, konsentrat
dan air minum dari setiap kelompok selama lima hari pemeliharaan sapi, yaitu
sebagai berikut :

Tabel 2. Konsumsi pakan sapi
Pada
tabel diatas kita dapat melihat rata-rata konsumsi pakan hijauan, konsentrat,
dan air minum pada masing-masing sapi tiap kelompok. Konsumsi pakan pada sapi 1
dapat kita lihat bahwa rata-rata konsumsi hijauannya adalah 24,36 kg, rata-rata
konsumsi konsentratnya adalah 1 kg dan rata-rata konsumsi air minumnya adalah
10,23 kg. Konsumsi pakan hijauan pada sapi termasuk normal dimana menurut Alan,( 2009) kebutuhan pakan hijauan ternak
adalah 10 % dari bobot badan.Dengan bobot badan sapi 4 150 kg bisa dikatakan
sapi 4 mengkonsumsi pakan hijauan rata-rata melebih dari 10 % berat badan.
Konsumsi pakan hijauan pada sapi 1 mengalami kenaikan pada pemberiaan pertama
sampai pemberiaan keempat, namun pada pemberiaan terakhirkonsumsi pakan
menurun.
Konsumsi pakan hijauan dapat kita
lihat juga pada kelompok lainnya, dimana rata-rata konsumsi pakan hijauannya
relatif normal. Pada kloter ini sapi 1 satu adalah sapi yang rata-rata konsumsi
yang paling tinggi dibanding sapi-sapi lainnya. Adapun yang membuat perbedaan
konsumsi dari setiap sapi tergantung dari beberapa hal seperti jenis pakan
hijauan yang diberikan dan bisa karna masalah nafsu makan dari sapi.
Pada pemberian konsentrat pada sapi
konsumsinya termasuk sangat merata pada setiap kelompok. Konsentrat yang kami
berikan setiap paginya berupa campuran klk dan dedak. Pemberian dari konsentrat
sesuai dengan bobot dari sapi,Alan,( 2009)
yang mengatakan bahwa kebutuhan kosentrat pada sapi adalah 1% dari
bobot.Artinya pemberian yang seharusnya diberikan pada sapi 4 yang memiliki
bobot badan 150 adalah 1,5 kg.
Pemberiaan air minum pada sapi juga
merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Konsumsi air minum yang
terbanyak yaitu pada sapi 3, dimana kita dapat melihat rata-rata konsumsinya
adalah 16,3 kg. Menurut Bambang (2005) hewan terdiri dari ± 70 % air dan jika
ternak mengalami kekurangan air sekitar 20 % maka ternak tersebut akan mati,
sehingga perlu pemberian air pada ternak guna memenuhi kebutuhannya. Jika dalam
waktu cepat (2 hari) ternak dalam keadaan air minum tidak ada maka, akan
terjadi dehidrasi dan berangsur memperlihatkan penurunan bobot badan sebanyak
12 % (Parakkasi,1999).
B.1.2. Produksi Ternak
Pada pengukuran produktivitas dari
ternak dapat dilihat dari 4 tolak ukur. Adapun tolak ukur tersebut adalah berat
badan, panjang badan, tinggi gumba, dan lingkar dada. Pada praktikum ini semua
parameter diukur dengan alat masing-masing, tetapi dalam pengukuran berat bdan
ternak hanya dilakukan dua kali yaitu pada hari pertama dan hari terakhir
praktikum, sedangkan untuk pengukuran yang lainnya dilakukan setiap paginya.
Dibawah
ini adalah tabel hasil pengukuran produktivitas dari ternak sapi sebagai
berikut :
Tabel 3. Produksi ternak sapi
Padatablediatasdapatdiambilkesimpulanbahwasemuasapi
yang kami rawatselama 5 harimengalamikenaikanberatbadan.Kenaikanberatbadansapitertinggididapatsapi
1 yaitusapisayasendiri, kenaikanberatsapi 1 awalnya 192 kg
dandiakhirpenimbanganberatnyamenjadi 204 kg.
Kenaikanberatbadansapiinitidaklepasdaribanyaknyakonsumsipakan yang
dimakanolehsapi.Menurut Wibowo
(2008),
pertambahan bobot bahan sapi setelah umur satu tahun pertambahan bobot badannya
yaitu lebih dari 1 kg/hari. Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan
sapi yaitu jumlah konsumsi pakan, nutrisi dalam pakan dan lingkungan yang
optimum. Menurut Kurniasari et al. (2009) faktor yang mempengaruhi
pertambahan bobot badan yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat dan jumlah
energi yang dikandung pakan dan menurut Yani dan Purwanto (2006) untuk
kehidupan dan produksi ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum.
Berdasarkan table
diatasjugakitadapatmenyimpulkanbahwapanjangtubuhsapitidakmengalamikenaikanpanjangbadan.Mengukur panjang badan
dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur bagian permanen dibagian
depan tulang persendian pada kaki depan dan cara membacanya harus lurus,
sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo, 1977).Panjangbadansapi
1 hinggasapi 4 memilikipanjangantara 99 cm sampaidengan 112 cm.Padatablemenunjukkan
panjang
badan sapi kami yaitu sapi 1 diawal praktikum
panjangnya 110 cm dan pengukuran panjang badan diakhir praktikum panjangnnya
masih tetap yaitu 110 cm.Jikadibandingkandengansapi-sapikelompok lain
panjangbadannyamasihtetapsamamulaidariawalpraktikumhinggadiakhirpraktikum.
Pengamatan selanjutnya adalah tinggi gumba dari sapi.
Tinggi gumba semua sapi yang kami pakai selama praktikum tidak mengalami
perubahan mulai dari awal pemeliharaan sampai diakhir praktikum. Tinggi gumba
sapi 1 sampai sapi 4 berkisar antara 104 cm sampai dengan 110 cm. Pengukuran
tinggi gumba dihitung dari ujung kaki sampai ke puncak gumba sapi.
Parameter yang terakhir yang kami lakukan adalah
pengukuran lingkar dada sapi. Lingkar dada adalah panjang melingkar yang diukur
pada bagian dada tepat dibagian belakang tulang gumba. Pertambahan lingkar dada
pada semua sapi selama 5 hari itu tidak mengalami pertambahan, kecuali pada
sapi 4 dimana diawal praktikum lingkar dadanya 130 cm bertambah menjadi 131
diakhir praktikum. Lingkar dada semua sapi kami berkisar antara 126 cm sampai
dengan 145 cm. Ukuran dari lingkar berhubungan dengan bobot badan sapi, Lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana
semakin panjang lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut
dan sebaliknya semakin pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak
tersebut ringan atau ternak tersebut kurang sehat/ kurus (Roche, 1975).
B.1.3. Fisiologis Ternak
Banyak
hal yang diperhatikan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak salah
satunya adalah mengenai fisiologi dari ternak tersebut. Menurut Housebanri ,(2009) ada dua
faktor yang mempengaruhi mempengaruhi produktivitas ternak yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan.Yang paling besar pengaruhnya terhadap produktivitas
ternak adalah faktor genetik . Sebagai contoh, potensi genetik ternak sapi bali
dalam PBBH adalah 0,8 kg sehingga mau dipaksa dengan pemberian pakan sebaik
apapun PBBH sapi bali tidak akan menjadi sama dengan sapi limousi atau
simental.faktor lingkungan bisa mempengaruhi produktivitas ternak karena faktor
lingkungan berdampak langsung pada fisiologis ternak yang nantinya bisa
berpengaruh pada kesehatan ternak yang sangat berhubungan dengan daya konsumsi
atau nafsu makan ternak.
Pada
praktikum ini yang lakukan adalah
melalukan pengukuran parameter diantaranya adalah pengukuran suhu rektal,
denyut nadi, respirasi, suhu dan kelembapan udara. Pengukuran tersebut kami
lakukan karna baiknya produktivitas dari suatu ternak juga sangat ditentukan
oleh faktor fisiologis ternak. Untuk pengukuran suhu rektal kami melakukannya
hanya pada pagi hari saja, sedangkan untuk pengukuran lainnya kami lakukan
setiap hari selama praktikum 5 hari tersebut. Hasil pengukuran dan pengamatan
fisiologis ternak dapat kita lihat melalui tabel dibawah ini :



Tabel 4. Fisiologis ternak sapi
Pengukuran
parameter pertama yang kami lakukan adalah pengukuran temperatur rektal pada
sapi. Suhu rektal dapat diukur dengan menggunakan termometer air raksa, pertama
kita menetralkan suhu dari termometer lalu memasukkan termometer kedalam
kerektal sapi dan menunggu suhunya sampai berhenti naik. Rata-rata suhu rektal
dari sapi kami yaitu sapi 1 adalah 37,105, dilanjut dengan sapi 2 dan
seterusnya adalah 38,1, 36,48, dan 36,88. Temperatur rektal dari semua sapi
tersebut termasuk normal, menurutBerata (2012) bahwa kondisi suhu rektal normal pada sapi
potong muda berkisar antara 37,5-38°C. Kondisi fisiologi yang tidak normal
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu diantaranya yaitu
lingkungan yang yang kurang nyaman bagi ternak sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan kondisi fisiologi ternak.
Parameter pengukuran selanjutnya adalah respirasi ternak
sapi.Respirasi
adalah suatu proses dimana pertukaran zat metabolisme dan gas asam arang atau
oksigen yang diambil dari udara oleh parusampaiparu dan mengalami proses kimia
dalam jaringan tubuh yang dilepaskan dalam bentuk karbon dioksida(Campbell,
2001). Untuk rata-rata respirasi
sapi 1 adalah 37,73,rata-rata respirasi sapi 2= 64,66, sapi 3=54,93 dan sapi
sapi 4 adalah 41,17. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung antara lain
dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen.
Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan.
Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. SKelembaban udara
yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi
respirasi.
Denyut nadi adalah pengukuran fisiologi selanjutnya,
untuk mengetahui berapa denyut nadi dari ternak kita dapat menggunakan alat
yaitu stetescope. Untuk rata-rata denyut nadi sapi satu adalah 62,4,
dibandingkan sapi 2 dan seterusnya adalah 67,03, 77,2, dan 68,08. Frekuensi
denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada
dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi
bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan.
Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen
daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi
meningkat(Housebanri ,2009).
Selanjutnya adalah pengukuran parameter lingkungan yaitu
temperatur udara dan kelembapan, kedua hal ini juga mempunyai peran penting
dalam peningkatan produktivitas dari ternak sehingga perlu pengamatan yang
serius. Menurut Campbell dan Lasley (1985) dalam Purbowati et al
(2005), kisaran suhu dan kelembaban normal bagi bangsa sapi Bos
indicusyaitu sebesar 10-26,67°C dan 95%. Kondisi fisiologi lingkungan dapat
berpengaruh dalam produksi suatu ternak, apabila ternak berada pada kondisi
yang kurang nyaman dapat menyebabkan penurunan produktivitas suatu ternak,
begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sasongko et al.
(2013) bahwa keadaan suhu lingkungan dan kelembaban akan mempengaruhi dalam
peforma produktivitas suatu ternak. Selama praktikum berlangsung kami dapat mengetahui temperatur
udara dan kelembapan dari alat higrometer yang telah dipasang dikandang ternak.
Rata-rata dari temperatur udara dan kelembapan yang kami dapat selama praktikum
adalah 27.947 dan 72,133 , untuk semua kelompok mempunyai temperatur udara dan
kelembapan berbeda hal ini disebabkan karna perubahan temperatur dan kelembapan
sangat cepat berubah, jadi bisa jadi setiap menitnya temperatur dan kelembapan
kingkungan dapat berubah seketika.
B.1.4
Estimasi Umur ternak
Estimasi
umur adalah cara atau teknik yang bertujuan untuk memperkirakan umur dari
ternak. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memperkirakan umur dari sapi
yang kita pelihara, salah satunya adalah dengan memperhatikan kondisi
pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap. Menurut Timan (2003), Adapun
untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi yang
meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri,
pergesekan, dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi
seri tetap dan sudah merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2
sudah berganti dan merecup, berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3
sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah
berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan,
berarti umur sapi 5 tahun.

Gambar 3. Rumus gigi sapi

Gambar 4. Gambar gigi sapi
Berdasarkan hasil
penjelasan diatas dan setelah mengamati gambar dari gigi sapi 1 maka umur sapi
satu berkisar antara 3 sampai 4 tahun.
B.2. Ternak Domba
B.2.1. Konsumsi pakan
Pemberian
pakan hijauan kami berikan secara ad limitum setiap harinya, untuk jenis pakan
hijauan yang sering kami berikan adalah rumput lapangan dan legum. Dibawah ini
adalah tabel konsumsi pakan dari domba 1 sampai kambing 6 setiap harinya
sebagai berikut:


Tabel 5. Konsumsi pakan domba
Pada tabel diatas kita dapat melihat
rata-rata pemberian konsumsi pakan hijauan pada domba 1 adalah 4,865 kg dengan
sisa konsumsi 1,79 kg jadi rata-rata konsumsi domba 1 adalah 3,008 kg setiap
harinya. Dibandning dengan kelompok lain rata-rata konsumsi pakan hijauannya
berkisar antara 5 kg sampai dengan 8 kg per hari. Dilihat dari jumlah pakan
hijauan yang berbeda setiap harinya dapat dikatakan bahwa nafsu makan domba
atau kambing bisa berubah-ubah, hal ini mungkin bisa disebabkan oleh Pemberian pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak yang
mana menurut Alan,( 2009) kebutuhan pakan
hijauan ternak adalah 10 % dari bobot badan.
Pemberian konsentrat juga kami
lakukan sama halnya dengan sapi. Konsentrat yang kami berikan terdiri dari
campuran dedak dan klk dengan komposisi masing-masing yaitu dedak 700 gram dan
klk 300 gram. Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan
dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap
(H.
Soeprapto dan Z.Abidin, 2006). Dalam pemberian konsentrat pada domba 1 didapat rata-rata
peemberian konsumsinya adalah 1 kg dengan rata-rata sisa konsumsi 0,313 kg
sehingga rata-rata konsumsi konsentratnya adalah 0,885 kg.
Untuk
pemberian air minum pada domba 1 kami mendapatkan data bahwa rata-rata
pemberian air minum domba 1 adalah 3,49 kg dengan rata-rata sisa konsumsi 1,173
kg, maka jumlah rata-rata konsumsi air minum domaba 1 adalah 2,272 kg. . Menurut (Mariyono dkk. 2010) pemberian air ditujukuan agar ternak dapat mengatur suhu
tubuhnya, mempermudah pencernaan ternak mengangkut zat makanan dan mengeluarkan
zat sisa.
B.2.2. Produksi Ternak
Pada
pengukuran produktivitas ternak domba dan kambing sama halnya dengan pengukuran
pada sapi. Ada 4 parameter yang akan dilakukan dalam produksi ternak yaitu
mengukur berat badan, panjang badan, tinggi gumba, dan lingkar dada. Sama
halnya dengan pengukuran produksi ternak pada sapi bahwa unutuk pengukuran
parameter berat badan hanya kami lakukan pada hari pertama dan hari terakhir
praktikum. Dibawah ini adalah tabael produksi ternak sebagai berikut :



Tabel 6. Produksi ternak domba
Parameter yang pertama yang kami
lakukan dalam produksi ternak pada domba 1 adalah dengan mengukur berat badan dari domba, berat badan ternak dapat
dihitung menggunakan alat timbangan khusus. Pada tabel diatas kita dapat
melihat berat badan domba dan kambing setiap kelompok mengalami peningkatan
berat badan kecuali pada kambing 6 dimana tidak terjadi pertambahan berat
badan. Domba 1 mengalami pertmbahan
berat badan dari 35 kg menjadi 36 kg, jadi pertamabahan berat badan domba
selama parawatan hanya 1 kg saja.
Pengukuran parameter selanjutnya
yaitu pengukuran panjang badan dari domba. Teknik atau cara pengukuran panjang
badan dengan cara mengukur jarak antara bahu dengan ujung panggul menggunakan
alat ukur seperti pita dan menggunakan satuan cm. Selama pengukuran panjang
badan dari domba 1 tidak mengalami pertamabahan panjang badan yaitu panjang
badanya adalah 65 cm. Panjang badan dari semua domba dan kambing berkisar
antara 64 sampai dengan 74 cm.
Parameter pengukuran selanjutnya
adalah pengukuran tinggi gumba pada ternak domba, sama halnya dengan mengukur
tinggi gumba pada sapi, tinggi gumba domba diukur dari kaki sampai dengan
puncak gumba domba menggunakan alat ukur dengan satuan cm. Pada pengukuran
parameter tinggi gumba, domba 1 tidak mengalami pertambahan tinggi gumba dimana
tinggi gumba domba 1 yaitu 65 cm. Tinggi gumba domba dan kambing lainnya
berkisar antara 63cm samapai dengan 78 cm.
Tahap terakhir pada produksi ternak
adalah pengukuran lingkar dada. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan cara
mengukur secara melingkar pada bagian dada dibagaian belakang tulang gumba.
Pada tabel diatas kita dapat melihat lingkar dada pada domba 1 dimana lingkar
dadanya tidak mengalami pertambahan yaitu masih tetap 84 cm. Lingkar dada dari
domba dan kambing dari kelompok lain berkisar antara 67 cm sampai dengan 88 cm.
B.2.3. Fisiologis Ternak
Faktor fisiologis dari ternak juga
harus sangat diperhatikan karna hal tersebut berpengaruh terhada peningkatan
produktivitas dari ternak tersebut. Sama halnya yang dilkukan pada ternak sapi
sebelumnya bahwa dalam fisiologis ternak kami juga melakukan hal yang sama pada
ternak domba
Pada
pembahasan fisiologi ternak yang perlu dilakukan adalah pengukuran parameter
diantaranya adalah pengukuran fisiologis ternak yaitu temperatur rektal,
respirasi dan denyut nada, sedangkan untuk pengukuran fisiologis lingkungan
yaitu temperatur udara dan kelembapan. Dibawah ini adalah tabel pengukuran
fisiologis ternak dan fisiologis lingkungan sebagai berikut :




Tabel 7. Fisiologi ternak domba
Pengukuran
parameter pertama yang kami lakukan adalah pengukkuran suhu rektal domba, sama
halnya dengan mengukur rektal sapi, pertama-tama kita menyiapkan termometer
yang suhunya telah dinetralkan terlebih dahulu lalu dimasukkan kedalam rektal
domba. Pengukuran sudah cukup apabila suhu pada termometer telah berhenti naik.
Rata-rata dari pengukuran suhu rektal pada domba 1 adalah 38,7.
Parameter
selanjutnya adalah pengukuran respirasi pada domba. Meningkatnya respirasi pada
ternak menunjukkan adanya peningkatan suhu lingkungan, hal ini menunjukkan
meningkatnya juga mekanisme tubuh ternak untuk mempertahankan keseimbangan
fisiologik dalam tubuh ternak. Rata-rata pengukuran frekuensi respirasi pada
ternak domba 1 adalah berkisar 42,66.
Pada
pengukuran parameter selanjutnya yaitu denyut nadi ternak. Frekuensi dari
denyut nadi ternak bermacam-macam tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan,
dan lingkungan dari ternak tersebut. Untuk rata-rata pengukuran parameter
denyut nadi pada domba 1 adalah 70,33.
Tahap
terakhir dalam pengukuran fisiologi ternak adalah pengukuran temperatur udara
dan kelembapan. Temperatur udara dan kelembapan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas dari ternak tersebut, apabila ternak dalam kondisi
temperatur udara dan kelembapan yang tidak baik dapat membuat ternak tidak
nyaman sehingga otomatis berpengaruh terhadap produktivitas dari ternak
tersebut. Pada pengukuran temperatur udara dan
kelembapan didapatkan rata-ratanya adalah 24,2 dan 82,5.
B.2.4
Estimasi Umur ternak
Estimasi
umur ternak adalah cara atau teknik yang digunakan dalam menentukan umur dari
ternak. Pada penentuan umur pada domba1 kami lakukan dengan cara melihat
pertumbuhan dari gigi, hal ini mudah dilakukan pada ternak domba atau kambing
dan juga lebih akurat.

Gambar 5. Gambar rumus gigi domba

Gambar 6. Gambar gigi domba
Melihat
rumus pendugaan umur domba atau kamabing diatas dan mencocokkannya dengan hasil
gambar gigi pada domba 1 maka dapat diperkirakan
bahwa umur domba 1 adalah berkisar antara 2-3 tahun.
C.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sapi dan domba yang kami
pelihara selama praktikum ini baik atau buruknya hal tersebut tergantung pada
kelompok masing masing, atau dapat dikatakan hal tersebut dilihat juga dari
cara pemeliharaan domba dan sapi tersebut, kalau sapi dan domba yang dipelihara
hal tersebut termasuk cara pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan domba dan sapi
ini dilakukan aktivitas secara rutin seperti pemberian pakan yang cukup,
pemberian air minum yang selalu ada, kebersihan lingkungan juga dibutuhkan
dalam pemeliharaan ini, kemudian pakan yang diberikan pada domba dan sapi ini
juga menggunakan pakan tembahan berupa konsentrat, konsentrat ini mempengaruhi
ternak dalam konsumsi pakan yang lebih baik lagi.
Selain
itu juga pemeliharaan tidak hanya memberikan pakan air minum saja tetap juga melakukan
pengukuran pada lingkar dada, tinggi badan dan melakukan pertambahan bobot
badan juga diukur dan dicatat pada data yang ada, penimbangan pada domba juga
dicatat setiap harinya.
Untuk
praktikum selanjutnya atau pada praktikum tahun depan praktikan lebihh memahami
materi dan melakukan praktikum ini dengan lebih serius.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Z.
2004. Pengembangan Sapi Potong.Agro
Media Pustaka.Jakarta.
Alan,
2009. Ilmu Ternak Potong. Gajah Mada,
University Press : Yogyakarta.
Edo.2008.Hijauan Makanan Ternak.Erlangga.Jakarta.
Frandson, R. D. 1993.Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah
Mada University Press.
Gafar,IB.
2007. Diklat Ilmu Tilik Sapi Potong.
Fakultas Pertanian Universitas Udayana.Denpasar.
Heath,
E. Dan S. Olusanya. 1988.Anatomi and
Physiology of Tropical Livestock.Longmann Singapore Publishare Pte. Ltd.
Singapore.
H. Soeprapto dan
Z.Abidin, 2006.Memelihara Kambing Sebagai
Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Housebanri,2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan
Fisiologis Ternak journal litbang Sumut.
Mariyono dkk. 2010.Konsumsi
Pakan Ternak Ruminansia. Universitas Gajah Mada press.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak Ruminansia. Universitas Jakarta. Jakarta.
Rasjid
Sjamsuddin. 2012. The Great Ruminant,
Pakan, dan Manajemen Produksi. Penerbit Brilian Internasional. Surabaya.
Roche. 1997. Pengukuran Berat Badan Ternak
berdasarkan Perfomance. Dinas peternakan provinsi. Yogyakarta.
Susetyo. 1997. Performance Tubuh Ternak.
Cv.Yasaguna. Jakarta.
Timan.2003.Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan
Fisiologis. Erlangga. Jakarta.
Lampiran

lampiran 1. kelompok domba 1

lampiran 2. Kelompok sapi 1

lampiran 3. Gambar gigi domba

Tidak ada komentar:
Posting Komentar