Rabu, 21 Agustus 2019

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA DIKANDANG


 

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA

DI KANDANG



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip5oans4-J-tG_aoj6SQmWAtFeWEK4N4RlUuc8_tyjXD-g0xh1eX9kVe1NLPz4SCYDRhzOCDoSO58u2brEJhPPuoHahtmC8cBG9mR4nK-vEVJRgkXwrw6iXaZoeJko010CTAGrO-vBkTk/s1600/10330457_775557422477222_3159243227921884993_n.jpg



Oleh:
Andrean Chandra Sianturi
NIM : E1C017100
Kloter: 5 /6 Kel Sapi: 1/ Kel. Kambing atau Domba: 1









Jurusan Peternakan – Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
September 2018


KATA PENGANTAR


             Puji Syukur saya ucapkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atasrahmat dan kasihNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum MK.PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA. Dengan selesainya laporan praktikum produksi ternak potong dan kerja ini, saya selaku mahasiswa peternakan dapat berkompetensi dan menambah wawasan untuk dapat mengembangkan peternakan.
            Ucapan terimakasihtidaklupa saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu berjalannya praktikum ini:
  1. Kepada Bapak Ir.Dwatmadji,MSc,Ph.D selaku Dosen Pengampu.
  2. Kepada semua kakak-kakak Co.Ass yang telah membimbing saya selama praktikum.
  3. Kepada rekan-rekan satu kelompok yaitu kelompok 1 sapi dan kelompok 1domba.
  4. Kepadaorangtuasaya yang selalumendukungbaikmelaluimateridandoa.
Saya menyadari bahwa dalam Pembuatan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saya perlu kritikan dan saran yang membangun sangat saya harapkan guna perbaikan agar lebih baik ke depannya.









                                                                Bengkulu,      Oktober 2018




                                                                                    Andrean C Sianturi


HALAMAN PENGESAHAN



Sehubungan dengan penyusunan laporan praktikum MK Produksi Ternak Potong dan Kerja yang saya ikuti pada semester Ganjil 2017/2008, maka bersama ini saya:

Nama Mahasiswa
:
Andrean Chandra Sianturi
NIM
:
E1C017100
Nama Kelompok
:
Kloter: 5   Kelompok: Sapi 1


Kloter: 6   Kelompok: Domba 1




Menyatakan bahwa laporan praktikum ini benar-benar saya susun sendiri, dan bukan merupakan hasil laporan praktikum mahasiswa lain.
Laporan ini juga sudah saya konsultasikan dengan Asisten Dosen MK. Produksi Ternak Potong dan Kerja.




Bengkulu,     September 2018.
Asisten Dosen,                                                                                    Mahasiswa,




( Megy Angga Reksa )                                                           ( Andrean C Sianturi )
NIM: EIC016021                                                          NIM: EIC017100
















DAFTAR ISI




DAFTAR TABEL


























DAFTAR GAMBAR




DAFTAR LAMPIRAN






A. MATERI DAN METODE

A.1 Tempat dan Waktu/Jadwal

Tempat Pelaksanaan praktikum: Central Zona Animal Location Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Waktu Pelaksanaan praktikum: Sabtu, 22 September 2018 s.d. Selasa, 02Oktober 2018.

A.2 Ternak Yang Digunakan

A.2.1 Sapi

GAMBAR 1.Gambar Sapi



Pada praktikum kali ini, ternak sapi yang kami gunakan adalah bangsa Sapi Bali.Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asli Indonesia yang mempunyaipotensi besar untuk dikembangkan. Asal usul Sapi Bali ini adalah banteng (Bos Sondaicus) yang telah mengalami penjinakanataudomestikasliselamabertahuntahun.Sapi Balijantandanbetinadilahirkandenganwarnabulumerahbatadengangarishitamsepanjangpunggung yang disebutgarisbelut.Setelahdewasa, warnasapijantanberubahmenjadikehitam-hitaman, sedangkanwarnasapibetinarelativetetap.Sapi Bali tidakberpunuk, keempat kaki danbagianpantatnyaberwarnaputih (Abidin, 2004).

Prediksi atau pendugaanumur ternak sapi yang kami gunakan adalah 2 sampai 3 tahun.Pendugaanumursapimenggunakangigi sudah sangat dikenal pada masyakat peternak di Indonesia.  Istilah yang biasa dikenal adalah “poel”. ‘Poel” menunjukkan adanya pergantian gigi ternak, sehingga seberapa banyak tingkat pergantian gigi bisa menjadi dasar menduga umur ternak.  Semakin banyak gigi yang “poel” maka umur ternak juga semakin tua.Gigi ternakmengalamierupsidanketerasahansecarakontinyu.Polaerupsigigipadaternak memilikikarakteristiktertentusehinggadapatdigunakanuntukmendugaumurternak.Gerakanmengunyahmakanan yang dilakukanternakmengakibatkanterasahnyagigi (Heath danOlusanya, 1988).Sapi Bali yang kami gunakan berjenis kelamin betina dengan warna merahbatadengan kondisi sehat,jinak, tidak agresif dan bobot yang telah diketahui 192 kg.

Body Condition Scoring  (BCS) Sapi Bali yang kami gunakanadalah 3.Skor kondisi tubuh merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat kegemukan seekor ternak sapi potong. Dengan melihat skor kondisi maka dapat diketahui baik buruknya manajemen pemeliharaan yang telah dilakukan oleh peternak. Diagram penilaian BCS  menggunakan angka skala 1 sampai 5. BCS (1= sangat kurus, 2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk, 5=sangat gemuk) (Gafar, 2007) .


A.2.2 Domba

Gambar 2. Gambar Domba



Bangsa dombayang kami gunakan dalam kegiatan praktikum adalah dombaekor tipis.Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia dan di kenal sebagai domba lokal, domba kampung, atau domba kacang karena tubuhnya yang kecil. Asal-usul domba ini tidak jelas dan banyak di jumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsentrasi domba ekoir tipis terbesar terdapat di Propinsi Jawa Barat.Karakteristik domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam, dan hasil daging relatif sedikit. Pola warna bulunya sangat beragam, dari bercak putih, cokelat, hitam, hingga warna polos putih dan hitam. 

Berdasarkan hasil pengamatan pada gigi domba1 bisa kami prediksikan bahwa umur ternak domba kami berumur kira-kira 2 tahun.Halterlihat dari gigi seri permanen kambing yang sudah terdapat dua pasang dibagian paling depan.Domba dewasa memiliki susunan gigi permanen sebagai berikut : sepasang gigi seri sentral (central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner oncisors) pada rahang bawah, tiga buah gigi premolar pada rahang atas dan bawah, dan tiga buah gigimolar pada rahang atas dan bawah (de Lahunta dan Habel, 1986; Edey, 1993; Heat danOlusanya, 1988).
 Gigi seri susu pada domba berjumlah 4 pasang (2DI1, 2DI2, 2DI3, 2DI4). Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki sepasang gigi seri susu sentral (2DI1), padaumur 1 - 2 minggu terdapat sepasang gigi seri susu lateral (2DI2 ), pada umur 2 – 3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu intermidial (2DI3), dan pada umur 3 - 4 minggu terdapat sepasang gigi seri susu sudut (2DI4 ). Pada umur 1 - 1,5 tahun, 2DI1 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sentral (2I1). Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, 2DI2 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen lateral (2I2). Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, 2DI3 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen intermedial (2I3 ). Pada umur 3,5 – 4,0 tahun, 2DI4 digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sudut (2I4) (Frandson, 1993).

A.3 Metode Pengukuran

A.3.1 Paramater Fisiologis

A.3.1.1 Pengukuran Respirasi

1.       Mendekati dan menjinakkan ternak sapi.
2.       Meletakkan salah satu telapak tangan tepat di depan hidung ternak.
3.       Menghitungnya jumlah respirasi ternak selama 30 detik.
4.       Mencatat hasil yang didapatlaludikalidengan 2.

A.1.3.2 Pengukuran Denyut Nadi

1.       Menyediakan alat stetoscope.
2.       Mendekati dan menjinakkan ternak.
3.       Meletakan alat stetoscope  bagian nadi ternak, biasanyanaditernaklebihterasadibagianketiak kaki depandanbagianekorternak.
4.       Menghitung denyut nadi yang terjadi selama 30 menit
5.       Mencatat hasil yang didapatlaludikalidengan 2.

A.3.1.3 Pengukuran Temperatur Rektal

1.       Menyediakan alat pengukur temperatur yaitu termometer.
2.       Mendekati dan menjinakkan ternak.
3.       Memasukkan termometer ke dalam rektum ternak.
4.       Menunggu suhusampaiberhentinaik.
5.       Mencatat hasil suhu yang didapat.

A.3.2 Parameter Produksi

A.3.2.1 Pengukuran Berat Badan Ternak

1.       Menyediakan timbangan terlebih dahulu.
2.       Mendekati dan menjinakkan ternak.
3.       Mengeluarkan ternak dari kandang.
4.       Menuntun dan menaruh ternak diatas timbangan.
5.       Melihat berat yang ditunjukkan oleh timbangan.
6.       Mencatat hasil berat badan yang diperoleh dari ternak.
7.       Menurunkan ternak dari timbangan.
8.       Mengembalikan ternak kembalike dalam kandang.

A.3.2.2 Pengukuran Lingkar Dada

1.       Menyediakan alat pita ukur.
2.       Mendeakti dan menjinakkan ternak.
3.       Mendirikan ternak jika ternak dalam kondisi tidur.
4.       Melingkarkan pita ukur pada bagian dada belakang bahu dan melihat hasil pengukurannya.
5.       Mencatat hasil ukuran lingkar dada di laporan sementara.

A.3.2.3 Pengukuran Panjang Badan

1.       Menyediakan alat ukur.
2.       Mendekati dan menjinakkan ternak.
3.       Mendirikan ternak jika ternak dalam kondisi duduk.
4.       Mengukur jarak dari bahu (scapula) hingga ujung panggul (procesus spinus) dengan menggunakan meteran.
5.       Mencatat hasil panjang badan ternak di laporan sementara.

A.3.2.4            Pengukuran Tinggi Badan

1.       Menyediakan alat ukur.
2.       Mendekati dan menjinakkan ternak.
3.       Mendirikan ternak jika ternak dalam kondisi duduk.
4.       Mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba dengan meteran.
5.       Mencatat hasil tinggi badan ternak di laporan sementara.

A.4. Pakan Ternak

Pakan yang di berikan kepada ternak adalah pakan hijauan segar berupa rumput-rumputan yang kami arit bersama-sama sekelompok di sekitaran rumah warga dan perkebunan di Unib Belakang. Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar(Edo, 2012).Pakan yang akan  kami berikan ke sapi dan domba secara adlimitum dan selalu dicacah terlebih dahulu sebelum diberikan, upaya ini dilakukan agar ternak tidak tidak kekurangan pakan dan makanan akan mudah untuk dicerna.
Pakan hijauan yang kami berikan selalu berbeda-bedajenis setiap harinya antara lain rumput lapangan(Axonopus core nexus),legum(Fabaceae),rumputgajah(Pennisetum purpureum)dan rumput raja (King grass).Selain pakan hijauan kami juga memberikan ransum setiap paginya dengan jumlah total 1000 gr.Pemberianransumdisesuiakandengankebutuhan protein dariternaktersebut, misalkan dengan membuat ransum dengan campuran klk 40%dan dedak 11%.Kebutuhan protein ternak 17%, ransum yang diinginakan 1000 gr maka cara meraciknya adalah sbb:
17%
 
Dedak 11 %                            23 -> -> 0,8 x 1000 gr = 800 gr

                       
                         KLK 40 %                                 -> = 0,2 x  1000 gr = 200 gr
Jadi Kesimpulannya adalah untuk membuat 1000 gr ransum maka komposisinya adalah 800 gr dedak ditambah dengan 200 gr klk.

A.5. Peralatan Pendukung

Pada praktikum ini, kami menggukan berbagai alat-alat yang menunjang berjalannya praktikum dengan baik dan lancar. Adapun alat-alat tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Peralatan Pendukung













B. HASIL DAN PEMBAHASAN

B.1. Ternak Sapi

B.1.1. Konsumsi pakan

            Pada praktikum ini terdiri dari 4 kelompok dimana masing- masing kelompok mendapat seekor sapi yang akan dirawat selama lima hari kedepan. Pemberian pakan yang kami berikan pada ternak sapi yaitu pakan hijauan, konsentrat, dan air minum. Pada pemberian pakan dan air minum kami lakukan secara ad limitium setiap harinya, sedangkan pemberiaan konsentrat kami hanya memberikan 1 kg saja setiap pagi hari. Pemberian konsentrat dilakukan sebelum pemberian pakan hijauan dan air minum.
            Banyak jenis pakan hijauan yang kami berikan kepada ternak sapi, diantara pakan hijauan yang kami berikan hijauan yang sering adalah rumput gajah, tetapi jenis rumput ini sangat sulit kami temukan selama pencariaan pakan sapi.Pakan dapat digolongkan ke dalam sumber protein, sumber energi dan sumber sumber serat kasar. Hijauan pakan ternak  merupakan sumber serat kasar yang utama yang berasal dari tanaman yang berwarna hijau. Agar pakan tersebut dapat bermanfaat bagi ternak untuk menghasilkan suatu produk, pakan harus diketahui kandungan zat–zat yang terkandung didalamnya seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Rasjid 2012).Untuk pemberian konsentrat kami hanya memberikannya pada saat pagi hari saja, komposisi dari konsentrat terdiri dari klk dan dedak.

Dibawah ini adalah tabel pemberian, konsumsi, dan sisa dari pakan hijauan, konsentrat dan air minum dari setiap kelompok selama lima hari pemeliharaan sapi, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Konsumsi pakan sapi


            Pada tabel diatas kita dapat melihat rata-rata konsumsi pakan hijauan, konsentrat, dan air minum pada masing-masing sapi tiap kelompok. Konsumsi pakan pada sapi 1 dapat kita lihat bahwa rata-rata konsumsi hijauannya adalah 24,36 kg, rata-rata konsumsi konsentratnya adalah 1 kg dan rata-rata konsumsi air minumnya adalah 10,23 kg. Konsumsi pakan hijauan pada sapi termasuk normal dimana menurut Alan,( 2009) kebutuhan pakan hijauan ternak adalah 10 % dari bobot badan.Dengan bobot badan sapi 4 150 kg bisa dikatakan sapi 4 mengkonsumsi pakan hijauan rata-rata melebih dari 10 % berat badan. Konsumsi pakan hijauan pada sapi 1 mengalami kenaikan pada pemberiaan pertama sampai pemberiaan keempat, namun pada pemberiaan terakhirkonsumsi pakan menurun.
            Konsumsi pakan hijauan dapat kita lihat juga pada kelompok lainnya, dimana rata-rata konsumsi pakan hijauannya relatif normal. Pada kloter ini sapi 1 satu adalah sapi yang rata-rata konsumsi yang paling tinggi dibanding sapi-sapi lainnya. Adapun yang membuat perbedaan konsumsi dari setiap sapi tergantung dari beberapa hal seperti jenis pakan hijauan yang diberikan dan bisa karna masalah nafsu makan dari sapi.
            Pada pemberian konsentrat pada sapi konsumsinya termasuk sangat merata pada setiap kelompok. Konsentrat yang kami berikan setiap paginya berupa campuran klk dan dedak. Pemberian dari konsentrat sesuai dengan bobot dari sapi,Alan,( 2009) yang mengatakan bahwa kebutuhan kosentrat pada sapi adalah 1% dari bobot.Artinya pemberian yang seharusnya diberikan pada sapi 4 yang memiliki bobot badan 150 adalah 1,5 kg.
            Pemberiaan air minum pada sapi juga merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Konsumsi air minum yang terbanyak yaitu pada sapi 3, dimana kita dapat melihat rata-rata konsumsinya adalah 16,3 kg. Menurut Bambang (2005) hewan terdiri dari ± 70 % air dan jika ternak mengalami kekurangan air sekitar 20 % maka ternak tersebut akan mati, sehingga perlu pemberian air pada ternak guna memenuhi kebutuhannya. Jika dalam waktu cepat (2 hari) ternak dalam keadaan air minum tidak ada maka, akan terjadi dehidrasi dan berangsur memperlihatkan penurunan bobot badan sebanyak 12 % (Parakkasi,1999).
           

B.1.2. Produksi Ternak

            Pada pengukuran produktivitas dari ternak dapat dilihat dari 4 tolak ukur. Adapun tolak ukur tersebut adalah berat badan, panjang badan, tinggi gumba, dan lingkar dada. Pada praktikum ini semua parameter diukur dengan alat masing-masing, tetapi dalam pengukuran berat bdan ternak hanya dilakukan dua kali yaitu pada hari pertama dan hari terakhir praktikum, sedangkan untuk pengukuran yang lainnya dilakukan setiap paginya.

Dibawah ini adalah tabel hasil pengukuran produktivitas dari ternak sapi sebagai berikut : 

Tabel 3. Produksi ternak sapi



            Padatablediatasdapatdiambilkesimpulanbahwasemuasapi yang kami rawatselama 5 harimengalamikenaikanberatbadan.Kenaikanberatbadansapitertinggididapatsapi 1 yaitusapisayasendiri, kenaikanberatsapi 1 awalnya 192 kg dandiakhirpenimbanganberatnyamenjadi 204 kg. Kenaikanberatbadansapiinitidaklepasdaribanyaknyakonsumsipakan yang dimakanolehsapi.Menurut Wibowo (2008), pertambahan bobot bahan sapi setelah umur satu tahun pertambahan bobot badannya yaitu lebih dari 1 kg/hari. Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi yaitu jumlah konsumsi pakan, nutrisi dalam pakan dan lingkungan yang optimum. Menurut Kurniasari et al. (2009) faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat dan jumlah energi yang dikandung pakan dan menurut Yani dan Purwanto (2006) untuk kehidupan dan produksi ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum.
            Berdasarkan table diatasjugakitadapatmenyimpulkanbahwapanjangtubuhsapitidakmengalamikenaikanpanjangbadan.Mengukur panjang badan dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur bagian permanen dibagian depan tulang persendian pada kaki depan dan cara membacanya harus lurus, sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo, 1977).Panjangbadansapi 1 hinggasapi 4 memilikipanjangantara 99 cm sampaidengan 112 cm.Padatablemenunjukkan panjang badan sapi kami yaitu sapi 1 diawal praktikum panjangnya 110 cm dan pengukuran panjang badan diakhir praktikum panjangnnya masih tetap yaitu 110 cm.Jikadibandingkandengansapi-sapikelompok lain panjangbadannyamasihtetapsamamulaidariawalpraktikumhinggadiakhirpraktikum.

            Pengamatan selanjutnya adalah tinggi gumba dari sapi. Tinggi gumba semua sapi yang kami pakai selama praktikum tidak mengalami perubahan mulai dari awal pemeliharaan sampai diakhir praktikum. Tinggi gumba sapi 1 sampai sapi 4 berkisar antara 104 cm sampai dengan 110 cm. Pengukuran tinggi gumba dihitung dari ujung kaki sampai ke puncak gumba sapi.
            Parameter yang terakhir yang kami lakukan adalah pengukuran lingkar dada sapi. Lingkar dada adalah panjang melingkar yang diukur pada bagian dada tepat dibagian belakang tulang gumba. Pertambahan lingkar dada pada semua sapi selama 5 hari itu tidak mengalami pertambahan, kecuali pada sapi 4 dimana diawal praktikum lingkar dadanya 130 cm bertambah menjadi 131 diakhir praktikum. Lingkar dada semua sapi kami berkisar antara 126 cm sampai dengan 145 cm. Ukuran dari lingkar berhubungan dengan bobot badan sapi,  Lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana semakin panjang lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut dan sebaliknya semakin pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan atau ternak tersebut kurang sehat/ kurus (Roche, 1975).

B.1.3. Fisiologis Ternak

            Banyak hal yang diperhatikan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak salah satunya adalah mengenai fisiologi dari ternak tersebut. Menurut Housebanri ,(2009) ada dua faktor yang mempengaruhi mempengaruhi produktivitas ternak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.Yang paling besar pengaruhnya terhadap produktivitas ternak adalah faktor genetik . Sebagai contoh, potensi genetik ternak sapi bali dalam PBBH adalah 0,8 kg sehingga mau dipaksa dengan pemberian pakan sebaik apapun PBBH sapi bali tidak akan menjadi sama dengan sapi limousi atau simental.faktor lingkungan bisa mempengaruhi produktivitas ternak karena faktor lingkungan berdampak langsung pada fisiologis ternak yang nantinya bisa berpengaruh pada kesehatan ternak yang sangat berhubungan dengan daya konsumsi atau nafsu makan ternak.
            Pada praktikum ini yang  lakukan adalah melalukan pengukuran parameter diantaranya adalah pengukuran suhu rektal, denyut nadi, respirasi, suhu dan kelembapan udara. Pengukuran tersebut kami lakukan karna baiknya produktivitas dari suatu ternak juga sangat ditentukan oleh faktor fisiologis ternak. Untuk pengukuran suhu rektal kami melakukannya hanya pada pagi hari saja, sedangkan untuk pengukuran lainnya kami lakukan setiap hari selama praktikum 5 hari tersebut. Hasil pengukuran dan pengamatan fisiologis ternak dapat kita lihat melalui tabel dibawah ini :






Tabel 4. Fisiologis ternak sapi



            Pengukuran parameter pertama yang kami lakukan adalah pengukuran temperatur rektal pada sapi. Suhu rektal dapat diukur dengan menggunakan termometer air raksa, pertama kita menetralkan suhu dari termometer lalu memasukkan termometer kedalam kerektal sapi dan menunggu suhunya sampai berhenti naik. Rata-rata suhu rektal dari sapi kami yaitu sapi 1 adalah 37,105, dilanjut dengan sapi 2 dan seterusnya adalah 38,1, 36,48, dan 36,88. Temperatur rektal dari semua sapi tersebut termasuk normal, menurutBerata (2012) bahwa kondisi suhu rektal normal pada sapi potong muda berkisar antara 37,5-38°C. Kondisi fisiologi yang tidak normal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu diantaranya yaitu lingkungan yang yang kurang nyaman bagi ternak sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kondisi fisiologi ternak.

            Parameter pengukuran selanjutnya adalah respirasi ternak sapi.Respirasi adalah suatu proses dimana pertukaran zat metabolisme dan gas asam arang atau oksigen yang diambil dari udara oleh parusampaiparu dan mengalami proses kimia dalam jaringan tubuh yang dilepaskan dalam bentuk karbon dioksida(Campbell, 2001). Untuk rata-rata respirasi sapi 1 adalah 37,73,rata-rata respirasi sapi 2= 64,66, sapi 3=54,93 dan sapi sapi 4 adalah 41,17. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung antara lain dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. SKelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.

            Denyut nadi adalah pengukuran fisiologi selanjutnya, untuk mengetahui berapa denyut nadi dari ternak kita dapat menggunakan alat yaitu stetescope. Untuk rata-rata denyut nadi sapi satu adalah 62,4, dibandingkan sapi 2 dan seterusnya adalah 67,03, 77,2, dan 68,08. Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat(Housebanri ,2009).

            Selanjutnya adalah pengukuran parameter lingkungan yaitu temperatur udara dan kelembapan, kedua hal ini juga mempunyai peran penting dalam peningkatan produktivitas dari ternak sehingga perlu pengamatan yang serius. Menurut Campbell dan Lasley (1985) dalam Purbowati et al (2005), kisaran suhu dan kelembaban normal bagi bangsa sapi Bos indicusyaitu sebesar 10-26,67°C dan 95%. Kondisi fisiologi lingkungan dapat berpengaruh dalam produksi suatu ternak, apabila ternak berada pada kondisi yang kurang nyaman dapat menyebabkan penurunan produktivitas suatu ternak, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sasongko et al. (2013) bahwa keadaan suhu lingkungan dan kelembaban akan mempengaruhi dalam peforma produktivitas suatu ternak. Selama praktikum berlangsung kami dapat mengetahui temperatur udara dan kelembapan dari alat higrometer yang telah dipasang dikandang ternak. Rata-rata dari temperatur udara dan kelembapan yang kami dapat selama praktikum adalah 27.947 dan 72,133 , untuk semua kelompok mempunyai temperatur udara dan kelembapan berbeda hal ini disebabkan karna perubahan temperatur dan kelembapan sangat cepat berubah, jadi bisa jadi setiap menitnya temperatur dan kelembapan kingkungan dapat berubah seketika.


B.1.4  Estimasi Umur ternak

            Estimasi umur adalah cara atau teknik yang bertujuan untuk memperkirakan umur dari ternak. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memperkirakan umur dari sapi yang kita pelihara, salah satunya adalah dengan memperhatikan kondisi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap. Menurut Timan (2003), Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan, dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup, berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun.

Image result for gambar rumus menghitung gigi domba

Gambar 3. Rumus gigi sapi

Gambar 4. Gambar gigi sapi


            Berdasarkan hasil penjelasan diatas dan setelah mengamati gambar dari gigi sapi 1 maka umur sapi satu berkisar antara 3 sampai 4 tahun.

B.2. Ternak Domba

B.2.1. Konsumsi pakan

            Pemberian pakan hijauan kami berikan secara ad limitum setiap harinya, untuk jenis pakan hijauan yang sering kami berikan adalah rumput lapangan dan legum. Dibawah ini adalah tabel konsumsi pakan dari domba 1 sampai kambing 6 setiap harinya sebagai berikut:





Tabel 5. Konsumsi pakan domba



            Pada tabel diatas kita dapat melihat rata-rata pemberian konsumsi pakan hijauan pada domba 1 adalah 4,865 kg dengan sisa konsumsi 1,79 kg jadi rata-rata konsumsi domba 1 adalah 3,008 kg setiap harinya. Dibandning dengan kelompok lain rata-rata konsumsi pakan hijauannya berkisar antara 5 kg sampai dengan 8 kg per hari. Dilihat dari jumlah pakan hijauan yang berbeda setiap harinya dapat dikatakan bahwa nafsu makan domba atau kambing bisa berubah-ubah, hal ini mungkin bisa disebabkan oleh Pemberian pakan  tidak sesuai dengan kebutuhan ternak yang mana menurut Alan,( 2009) kebutuhan pakan hijauan ternak adalah 10 % dari bobot badan.
            Pemberian konsentrat juga kami lakukan sama halnya dengan sapi. Konsentrat yang kami berikan terdiri dari campuran dedak dan klk dengan komposisi masing-masing yaitu dedak 700 gram dan klk 300 gram. Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (H. Soeprapto dan Z.Abidin, 2006). Dalam pemberian konsentrat pada domba 1 didapat rata-rata peemberian konsumsinya adalah 1 kg dengan rata-rata sisa konsumsi 0,313 kg sehingga rata-rata konsumsi konsentratnya adalah 0,885 kg.

            Untuk pemberian air minum pada domba 1 kami mendapatkan data bahwa rata-rata pemberian air minum domba 1 adalah 3,49 kg dengan rata-rata sisa konsumsi 1,173 kg, maka jumlah rata-rata konsumsi air minum domaba 1 adalah 2,272 kg. . Menurut (Mariyono dkk. 2010) pemberian air ditujukuan agar ternak dapat mengatur suhu tubuhnya, mempermudah pencernaan ternak mengangkut zat makanan dan mengeluarkan zat sisa.

B.2.2. Produksi Ternak

            Pada pengukuran produktivitas ternak domba dan kambing sama halnya dengan pengukuran pada sapi. Ada 4 parameter yang akan dilakukan dalam produksi ternak yaitu mengukur berat badan, panjang badan, tinggi gumba, dan lingkar dada. Sama halnya dengan pengukuran produksi ternak pada sapi bahwa unutuk pengukuran parameter berat badan hanya kami lakukan pada hari pertama dan hari terakhir praktikum. Dibawah ini adalah tabael produksi ternak sebagai berikut :

Tabel 6. Produksi ternak domba


            Parameter yang pertama yang kami lakukan dalam produksi ternak pada domba 1 adalah dengan mengukur berat  badan dari domba, berat badan ternak dapat dihitung menggunakan alat timbangan khusus. Pada tabel diatas kita dapat melihat berat badan domba dan kambing setiap kelompok mengalami peningkatan berat badan kecuali pada kambing 6 dimana tidak terjadi pertambahan berat badan. Domba 1  mengalami pertmbahan berat badan dari 35 kg menjadi 36 kg, jadi pertamabahan berat badan domba selama parawatan hanya 1 kg saja.
            Pengukuran parameter selanjutnya yaitu pengukuran panjang badan dari domba. Teknik atau cara pengukuran panjang badan dengan cara mengukur jarak antara bahu dengan ujung panggul menggunakan alat ukur seperti pita dan menggunakan satuan cm. Selama pengukuran panjang badan dari domba 1 tidak mengalami pertamabahan panjang badan yaitu panjang badanya adalah 65 cm. Panjang badan dari semua domba dan kambing berkisar antara 64 sampai dengan 74 cm.

            Parameter pengukuran selanjutnya adalah pengukuran tinggi gumba pada ternak domba, sama halnya dengan mengukur tinggi gumba pada sapi, tinggi gumba domba diukur dari kaki sampai dengan puncak gumba domba menggunakan alat ukur dengan satuan cm. Pada pengukuran parameter tinggi gumba, domba 1 tidak mengalami pertambahan tinggi gumba dimana tinggi gumba domba 1 yaitu 65 cm. Tinggi gumba domba dan kambing lainnya berkisar antara 63cm samapai dengan 78 cm.
            Tahap terakhir pada produksi ternak adalah pengukuran lingkar dada. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan cara mengukur secara melingkar pada bagian dada dibagaian belakang tulang gumba. Pada tabel diatas kita dapat melihat lingkar dada pada domba 1 dimana lingkar dadanya tidak mengalami pertambahan yaitu masih tetap 84 cm. Lingkar dada dari domba dan kambing dari kelompok lain berkisar antara 67 cm sampai dengan 88 cm.


B.2.3. Fisiologis Ternak

            Faktor fisiologis dari ternak juga harus sangat diperhatikan karna hal tersebut berpengaruh terhada peningkatan produktivitas dari ternak tersebut. Sama halnya yang dilkukan pada ternak sapi sebelumnya bahwa dalam fisiologis ternak kami juga melakukan hal yang sama pada ternak domba
            Pada pembahasan fisiologi ternak yang perlu dilakukan adalah pengukuran parameter diantaranya adalah pengukuran fisiologis ternak yaitu temperatur rektal, respirasi dan denyut nada, sedangkan untuk pengukuran fisiologis lingkungan yaitu temperatur udara dan kelembapan. Dibawah ini adalah tabel pengukuran fisiologis ternak dan fisiologis lingkungan sebagai berikut :












Tabel 7. Fisiologi ternak domba


            Pengukuran parameter pertama yang kami lakukan adalah pengukkuran suhu rektal domba, sama halnya dengan mengukur rektal sapi, pertama-tama kita menyiapkan termometer yang suhunya telah dinetralkan terlebih dahulu lalu dimasukkan kedalam rektal domba. Pengukuran sudah cukup apabila suhu pada termometer telah berhenti naik. Rata-rata dari pengukuran suhu rektal pada domba 1 adalah 38,7.
            Parameter selanjutnya adalah pengukuran respirasi pada domba. Meningkatnya respirasi pada ternak menunjukkan adanya peningkatan suhu lingkungan, hal ini menunjukkan meningkatnya juga mekanisme tubuh ternak untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh ternak. Rata-rata pengukuran frekuensi respirasi pada ternak domba 1 adalah berkisar 42,66.
            Pada pengukuran parameter selanjutnya yaitu denyut nadi ternak. Frekuensi dari denyut nadi ternak bermacam-macam tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan, dan lingkungan dari ternak tersebut. Untuk rata-rata pengukuran parameter denyut nadi pada domba 1 adalah 70,33.

            Tahap terakhir dalam pengukuran fisiologi ternak adalah pengukuran temperatur udara dan kelembapan. Temperatur udara dan kelembapan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dari ternak tersebut, apabila ternak dalam kondisi temperatur udara dan kelembapan yang tidak baik dapat membuat ternak tidak nyaman sehingga otomatis berpengaruh terhadap produktivitas dari ternak tersebut. Pada pengukuran temperatur udara dan kelembapan didapatkan rata-ratanya adalah 24,2 dan 82,5.

B.2.4 Estimasi Umur ternak


            Estimasi umur ternak adalah cara atau teknik yang digunakan dalam menentukan umur dari ternak. Pada penentuan umur pada domba1 kami lakukan dengan cara melihat pertumbuhan dari gigi, hal ini mudah dilakukan pada ternak domba atau kambing dan juga lebih akurat.
Image result for gambar rumus menghitung gigi domba

Gambar 5. Gambar rumus gigi domba

Gambar 6. Gambar gigi domba


           
            Melihat rumus pendugaan umur domba atau kamabing diatas dan mencocokkannya dengan hasil gambar gigi pada domba 1 maka dapat  diperkirakan bahwa umur domba 1 adalah berkisar antara 2-3 tahun.

C. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sapi dan domba yang kami pelihara selama praktikum ini baik atau buruknya hal tersebut tergantung pada kelompok masing masing, atau dapat dikatakan hal tersebut dilihat juga dari cara pemeliharaan domba dan sapi tersebut, kalau sapi dan domba yang dipelihara hal tersebut termasuk cara pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan domba dan sapi ini dilakukan aktivitas secara rutin seperti pemberian pakan yang cukup, pemberian air minum yang selalu ada, kebersihan lingkungan juga dibutuhkan dalam pemeliharaan ini, kemudian pakan yang diberikan pada domba dan sapi ini juga menggunakan pakan tembahan berupa konsentrat, konsentrat ini mempengaruhi ternak dalam konsumsi pakan yang lebih baik lagi.
Selain itu juga pemeliharaan tidak hanya memberikan pakan air minum saja tetap juga melakukan pengukuran pada lingkar dada, tinggi badan dan melakukan pertambahan bobot badan juga diukur dan dicatat pada data yang ada, penimbangan pada domba juga dicatat setiap harinya. 

            Untuk praktikum selanjutnya atau pada praktikum tahun depan praktikan lebihh memahami materi dan melakukan praktikum ini dengan lebih serius.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Z. 2004. Pengembangan Sapi Potong.Agro Media Pustaka.Jakarta.

Alan, 2009. Ilmu Ternak Potong. Gajah Mada, University Press : Yogyakarta.
Edo.2008.Hijauan Makanan Ternak.Erlangga.Jakarta.

Frandson, R. D. 1993.Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.

Gafar,IB. 2007. Diklat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.Denpasar.

Heath, E. Dan S. Olusanya. 1988.Anatomi and Physiology of Tropical Livestock.Longmann Singapore Publishare Pte. Ltd. Singapore.

H. Soeprapto dan Z.Abidin, 2006.Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Housebanri,2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis Ternak journal litbang Sumut.
Mariyono dkk. 2010.Konsumsi Pakan Ternak Ruminansia. Universitas Gajah Mada press.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Jakarta. Jakarta.

Rasjid Sjamsuddin. 2012. The Great Ruminant, Pakan, dan Manajemen Produksi. Penerbit Brilian Internasional. Surabaya.

Roche. 1997. Pengukuran Berat Badan Ternak berdasarkan Perfomance. Dinas peternakan provinsi. Yogyakarta.

Susetyo. 1997. Performance Tubuh Ternak. Cv.Yasaguna. Jakarta.
Timan.2003.Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis. Erlangga. Jakarta.












Lampiran

lampiran  1. kelompok domba 1



lampiran  2. Kelompok sapi 1




lampiran  3. Gambar gigi domba




lampiran  4. Gambar gigi sapi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONGDAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN)

LAPORAN PRAKTIKUM MK. PRODUKSI TERNAK POTONGDAN KERJA DI PETERNAKAN MASYARAKAT (LAPANGAN) Oleh: Nama : Andrean Sian...